Penumpang memakai masker dan kantong plastik berjalan di luar stasiun kereta Shanghai di Shanghai, Tiongkok, saat negeri tersebut sedang terjadi penularan virus corona baru, pada 9 Februari 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song
Dikutip dari The New York Times, Jiang dianggap pahlawan pada 2003 setelah membongkar upaya pemerintah menutupi jumlah penderita SARS sesungguhnya di rumah sakit di Beijing. Surat yang dikirimkan Jiang kepada otoritas Tiongkok mengenai informasi itu pun jatuh ke tangan media internasional.
Popularitasnya menanjak, apalagi Jiang memegang posisi tinggi di Partai Komunis Tiongkok. Akibatnya, Menteri Kesehatan dan Wali Kota Beijing dipecat setelah mengakui menyebarluaskan informasi tidak akurat. Sorotan terhadap Jiang tak abadi. Setahun kemudian, ia menjadi target surveilans pemerintah.
Penyebabnya adalah kritikan Jiang terhadap cara Tiongkok merespons demonstrasi pelajar pada 4 Juni 1989 yang kemudian dikenal sebagai Tragedi Tiananmen. Dalam surat yang dikirimkan pada Februari 2004, Jiang meminta pemerintah mengakui cara menangani protes tersebut salah.
"Kesalahan yang dilakukan oleh partai kami harus dibereskan oleh partai. Lebih cepat ini terjadi dan lebih menyeluruh dilakukan, akan lebih baik," tulis Jiang dalam suratnya. Sejak 1 Juni tahun itu, pemimpin Tiongkok Jiang Zemin memerintahkan untuk memenjarakan Jiang dan istrinya. Hingga 45 hari kemudian, keduanya dibebaskan.