Ilustrasi (Twitter.com/Ambassador Deng Xijun)
Meski Biden mencoba melawan pengaruh China, tapi bantuan yang akan digelontorkan itu terbilang kecil untuk 10 negara ASEAN. Bahkan Beijing sebelumnya telah menjanjikan bantuan yang jauh lebih besar untuk kawasan tersebut.
Dilansir Al Jazeera, November tahun lalu, China menjanjikan bantuan pembangunan 1,5 miliar dolar atau Rp21,9 triliun selama tiga tahun untuk memerangi COVID-19 dan mendorong pemulihan ekonomi.
"Pemerintahan Biden terlambat dalam menunjukkan komitmennya terhadap Asia Tenggara dan relatif mengabaikan kawasan itu hingga paruh kedua tahun lalu," kata Amalina Anuar, analis senior di S. Rajaratnam School of International Studies (RSIS).
AS juga dinilai sulit untuk melawan pengaruh China di Asia Tenggara. Penilaian itu diungkap oleh Nick Bisley, profesor hubungan internasional di La Trobe University di Melbourne.
"Salah satu masalah utama yang dihadapi AS dan memang negara lain adalah bahwa ASEAN tidak memiliki serangkaian prioritas tunggal," kata Bisley.
"Keragaman kepentingan di antara anggota ASEAN berarti bahwa mereka masing-masing sering kali memiliki tujuan yang sangat berbeda untuk maju dan kepentingan untuk melindungi dan menemukan titik temu sangat sulit. Di atas segalanya, satu-satunya minat bersama yang mereka miliki adalah agar persaingan China-Amerika dikurangi, tetapi itu tidak mungkin (terjadi) dalam waktu dekat," tambahnya.