Posisi Turki sebenarnya dapat dibilang unik. Di antara anggota NATO, Turki kerap perang kata-kata dengan AS. Hal itu karena Turki membeli sistem pertahanan udara S-400 milik Rusia, yang menurut AS adalah ancaman terhadap jet tempur F-35 NATO.
Meski Ankara memiliki hubungan yang baik dengan Moskow, dilansir The Guardian, Presiden Rusia Vladimir Putin tahun lalu pernah melontarkan kritik terhadap Erdogan.
Kritik itu tentang penjualan pesawat nirawak Bayraktar TB2 kepada Ukraina, yang digunakan untuk menyerang pasukan separatis Donbas yang didukung Moskow. Penjualan itu menimbulkan keluhan resmi dari menteri luar negeri Rusia, Sergey Lavrov.
Namun, Erdogan dalam kunjungannya ke Kiev, secara terbuka menyatakan bahwa "kunjungan kami datang pada waktu yang sensitif. Saya ingin menyatakan bahwa kami terus mendukung kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina, termasuk Krimea."
Krimea adalah wilayah Ukraina yang dicaplok Rusia pada 2014 silam.
Dilansir Associated Press, usai bertemu dengan Presiden Zelensky, Erdogan mengatakan "Turki siap melakukan bagiannya untuk mengakhiri krisis antara dua negara sahabat yang bertetangga di Laut Hitam. Saya telah menekankan bahwa kami dengan senang hati siap menjadi tuan rumah pertemuan puncak di tingkat kepemimpinan atau pembicaraan tingkat teknis."
Sebagai anggota NATO, Turki tidak sepakat dengan ancaman sanksi yang akan dijatuhkan kepada Rusia jika menyerang Ukraina. Tapi, Turki mendukung Ukraina bergabung dengan NATO, hal yang tak diinginkan Rusia.
Menanggapi tuduhan AS dan sekutu tentang rencana Rusia menginvasi Ukraina, pekan lalu Erdogan mengatakan bahwa tidak akan rasional bagi Rusia menyerang Ukraina.
Erdogan menekankan pentingnya dialog yang bermakna dengan Rusia, untuk menyelesaikan masalah keamanan sehingga ketegangan bisa diakhiri.