Presiden Prancis Emmanuel Macron bertemu Presiden Lebanon Michel Aoun usai ledakan di Beirut, Lebanon, pada 6 Agustus 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Mohamed Azakir
Tindak tanduk Macron lain yang menjadi sorotan adalah betapa seringnya ia melambaikan tangan kepada warga Beirut, kala ia menelusuri jalanan kota. Sejumlah warganet menilai, ia bersikap seakan-akan Lebanon masih menjadi daerah jajahan Prancis.
Di Twitter, banyak komentar yang menyamakan dirinya dengan kolonialis Prancis Napoleon Bonaparte. Akhirnya, Macron disebut sebagai Kaisar Napoleon pada abad 21. "Prancis takkan pernah meninggalkan Lebanon," ujar Macron, seperti dikutip AP. "Jantung rakyat Prancis masih berdetak sesuai detak Beirut."
Menurut mantan menteri Prancis Jack Lang, kunjungan Macron menjadi dilema tersendiri. Sang presiden bersiap menjadi penyelenggara konferensi donor internasional untuk membantu Lebanon pulih. Namun, gelagatnya membuat orang-orang khawatir Prancis akan mencampuri urusan dalam negeri Lebanon.
Padahal, Prancis dan Lebanon sama-sama menjadi negara berdaulat. "Kita berjalan di jurang terjal. Kita harus membantu, mendukung dan mendukung masyarakat Lebanon, tapi pada saat yang sama jangan sampai memberi kesan bahwa kita ingin mendirikan sebuah protektorat baru yang mana sangat bodoh," kata Lang.