Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi banjir
ilustrasi banjir (pexels.com/Long Bà Mùi)

Intinya sih...

  • Warga Indonesia takut akan hujan lagi setelah lebih dari 700 orang tewas dan 560 hilang

  • Sri Lanka siaga longsor saat monsun timur laut mulai melanda, dengan 479 korban tewas dan ratusan hilang

  • Sri Lanka membutuhkan dana hingga 7 miliar dolar AS untuk pemulihan ekonomi yang masih rapuh

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Prakiraan akan terjadi hujan pada Kamis (4/12/2025), memicu kekhawatiran akan meluasnya kerusakan di Indonesia dan Sri Lanka. Kedua negara tersebut masih berjibaku memulihkan wilayah yang terdampak banjir bandang dan longsor setelah cuaca ekstrem pekan lalu.

Lebih dari 1.500 orang dilaporkan tewas di empat negara Asia akibat curah hujan masif yang dipicu dua sistem cuaca berbeda.

Di Indonesia, badan meteorologi memperingatkan bahwa tiga provinsi paling terdampak di Sumatra kemungkinan kembali mengalami hujan sedang hingga lebat dari Kamis hingga Jumat. Hujan mulai turun sejak Rabu malam, namun belum mencapai intensitas yang memicu bencana besar sebelumnya.

1. Warga ketakutan jika terjadi hujan lagi

Proses evakuasi dan pencarian korban banjir bandang di Palembayan, Kabupaten Agam, Senin (1/12/2025). (IDN Times/Halbert Caniago)

Jumlah korban jiwa di Indonesia pada Kamis tercatat lebih dari 700 orang. Sementara itu, lebih dari 560 orang masih hilang, dan keterbatasan komunikasi serta pasokan listrik membuat proses pencarian sulit dilakukan.

Di pos pengungsian Pandan, Sumatra Utara, seorang penyintas bernama Sabandi (54) mengaku masih sangat takut dengan potensi hujan baru. “Kami merasa takut,” katanya, dikutip dari Channel News Asia.

“Kami khawatir kalau tiba-tiba hujan, banjir itu datang lagi,” ujarnya.

Sabandi menceritakan, ia bertahan selama dua hari di atap rumah tanpa makanan dan air sebelum akhirnya dievakuasi. “Rumah saya penuh lumpur. Lumpurnya sangat tinggi sampai kami tidak bisa masuk,” ujarnya.

Di Banda Aceh, antrean kendaraan di stasiun pengisian bahan bakar dilaporkan mencapai empat kilometer. Sebagian penyintas melaporkan kekurangan makanan, kenaikan harga barang, serta beberapa insiden penjarahan di wilayah terdampak.

Skala kerusakan yang luas membuat distribusi bantuan dan logistik berlangsung lambat di sejumlah lokasi.

2. Sri Lanka siaga longsor saat Monsun tiba

Bendera Sri Lanka (unsplash.com/Chathura Anuradha Subasinghe)

Di Sri Lanka, otoritas memperkirakan monsun timur laut mulai melanda pada Kamis sore. Peringatan longsor kembali dikeluarkan untuk sejumlah wilayah di kawasan tengah yang sebelumnya terdampak parah, dan warga diminta tidak kembali ke rumah karena kondisi lereng yang jenuh air.

Jalan utama Colombo–Kandy dibuka kembali untuk 15 jam per hari setelah petugas berhasil membersihkan material longsor di beberapa titik.

Di rute alternatif, kendaraan melaju sangat lambat akibat kerusakan jalan, sementara tebing-tebing memperlihatkan sobekan tanah baru yang kontras dengan vegetasi di sekitarnya.

3. Kerugian besar dan upaya pemulihan di Sri Lanka

Sri Lanka mencatat, sedikitnya 479 korban tewas, sementara ratusan lainnya masih hilang. Pemerintah memperkirakan kebutuhan dana hingga 7 miliar dolar AS untuk membangun kembali rumah, industri, dan infrastruktur, di tengah pemulihan ekonomi yang masih rapuh.

Di Kotuwila, dekat Colombo, warga bernama Soma Wanniarachchi (69) kembali ke rumahnya yang masih terendam setinggi satu kaki setelah mengungsi. “Ketika air mencapai sekitar delapan kaki, saya memutuskan pergi,” katanya.

Ia terkejut melihat kerusakan pada bisnis persewaan peralatan katering miliknya. “Peralatan stainless steel saya mungkin sudah berada di Samudra Hindia,” tuturnya.

Editorial Team