Jakarta, IDN Times - Pertempuran sengit antara tentara Sudan dengan paramiliter pecah lagi pada Senin (1/5/2023), sekalipun ada perpanjangan gencatan senjata resmi. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan krisis kemanusiaan telah mencapai titik puncak.
Lebih dari 500 orang tewas sejak pertempuran meletus pada 15 April antara pemimpin de facto Sudan Abdel Fattah al-Burhan, yang memimpin tentara reguler, dan mantan wakilnya Mohamed Hamdan Daglo, yang memimpin Pasukan Dukungan Cepat paramiliter (RSF).
Jutaan warga Sudan di sekitar ibu kota sejak itu bersembunyi di rumah mereka dengan makanan, air, dan listrik yang semakin menipis, karena pesawat tempur yang melakukan serangan bom telah menarik tembakan hebat dari senjata antipesawat.
“Pesawat tempur terbang di atas Khartoum selatan, dan senjata anti-pesawat ditembakkan ke sana,” kata seorang warga, sementara saksi lainnya mengatakan dia juga mendengar tembakan keras di daerah tersebut, dilansir AFP.