Presiden Rusia, Vladimir Putin (twitter.com/President of Russia)
Invasi yang dimulai pada Kamis pagi menimbulkan serentetan kecaman dan sanksi dari dunia internasional. Pasukan Moskow menyerang melalui laut, darat, dan udara.
Kendati menuai kecaman, Putin membela bahwa tindakannya itu sebagai bentuk operasi militer setelah AS dan sekutunya bertindak di luar batas dengan berusaha memasukkan Ukraina ke dalam keanggotaan NATO.
Zelensky kemudian menyerukan agar Putin mengadakan pembicaraan langsung. Pembicaraan dilakukan pada Senin (28/2/2022) di perbatasan Belarus-Ukraina, namun tidak menghasilkan kesepakatan apa-apa.
Putin sejauh ini tidak memandang Ukraina sebagai negara berdaulat. Komentarnya pada Jumat menyerukan kepada warga Ukraina untuk menggulingkan presidennya itu.
"Ambil kekuasaan ke tangan Anda sendiri. Sepertinya akan lebih mudah bagi kami untuk mencapai kesepakatan (dengan Anda) daripada dengan geng pecandu narkoba dan neo-Nazi yang telah menetap di Kiev dan menyandera seluruh rakyat Ukraina," kata Putin, merujuk pada pemerintahan Zelenskyy.
Putin dan pemerintahnya telah berulang kali mengajukan klaim yang tidak berdasar dan tidak akurat bahwa pemerintah Ukraina yang dipilih secara demokratis adalah rezim "fasis" atau "Nazi". Zelensky adalah orang Yahudi dan memiliki anggota keluarga yang meninggal dalam Holocaust.
Namun, komentar Putin nampaknya tidak memicu pemberontakan Ukraina. Banyak penduduk Kiev telah meninggalkan kota, dan mereka yang tersisa tidak mungkin mendukungnya, mengingat pemimpin pro-Rusia terakhir Ukraina digulingkan dalam pemberontakan rakyat pada tahun 2014.