Ilustrasi pemilu. (Unsplash.com/Element5 Digital)
Dilansir DW, pada Jumat, tetangga Venezuela menolak keputusan pengadilan tersebut dalam pernyataan bersama. Pemerintah Argentina, Kosta Rika, Chili, Ekuador, Amerika Serikat (AS), Guatemala, Panama, Paraguay, Peru, Republik Dominika, dan Uruguay mengatakan putusan pengadilan tersebut dibatalkan karena kurangnya independensi dan imparsialitas.
Secara terpisah, Departemen Luar Negeri AS mengatakan pengesahan pengadilan atas kemenangan pemilu Maduro "tidak memiliki kredibilitas". Hal itu karena terdapat banyak bukti yang menujukkan Gonzalez menerima suara terbanyak.
"Lembar penghitungan suara tingkat daerah pemilihan yang tersedia untuk umum dan diverifikasi secara independen menunjukkan pemilih Venezuela memilih Edmundo Gonzalez sebagai pemimpin masa depan mereka," kata Vedant Patel, juru bicara Departemen Luar Negeri AS.
"Kami memperingatkan tentang kurangnya independensi dan imparsialitas Mahkamah Agung dan CNE yang telah memainkan peran dalam mesin represif negara," tulis postingan Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa mengutip pernyataan panel pencari faktanya.
"Pemerintah menggunakan pengaruh yang tidak semestinya terhadap keputusan Mahkamah Agung" kata ketua panel Marta Valinas.