Presiden Malawi Lazarus Chakwera. (Twitter.com/Dr. Lazarus Chakwera)
Melansir Al Jazeera, Chakwera telah mengunjungi kamp pengungsi di Blantyre, ibu kota komersial Malawi, yang merupakan salah satu daerah yang paling terdampak.
“Kami membutuhkan bantuan segera. Kami membutuhkan helikopter sekarang karena (badai telah) reda sehingga kami dapat mengangkut beberapa bahan makanan dan peralatan lainnya melalui udara," kata Chakwera pada Kamis (16/3/2023).
Presiden telah menjajikan bantuan sebesar 1,5 juta dolar AS (Rp23 miliar), dan menyerukan lebih banyak bantuan, dengan mengatakan kapasitas negara untuk memberikan bantuan terbatas.
“Perubahan iklim itu nyata, dan yang harus kita lihat adalah kehancuran. Tiga belas bulan, tiga topan dahsyat. Kami berusaha melakukan yang terbaik yang kami bisa untuk menarik diri dengan tali sepatu (kami)," ujarnya.
Perubahan iklim menyebabkan lautan yang lebih hangat, energi panas dari permukaan air memicu badai yang lebih kuat. Freddy telah memecahkan rekor dunia untuk akumulasi energi siklon terbanyak, berdasarkan kekuatan angin badai selama masa hidupnya. Ahli meteorologi memperkirakan itu mungkin memecahkan dua rekor lagi.
Chakwera mengigatkan bahwa untuk bisa pulih dari badai tersebut Malawi butuh bantuan internasional.
“Apa yang terjadi pada kita bisa terjadi pada siapa saja, di mana saja. Biarkan dunia masuk dan membantu Malawi karena kita tidak boleh mundur daripada maju dalam hal semua perbekalan yang dibutuhkan rakyat Malawi," kata Chakwera.