Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim. (twitter.com/anwaribrahim)
Di bawah pemerintahan Perdana Menteri Anwar Ibrahim, Malaysia secara tradisional mengambil sikap lunak terhadap Beijing, termasuk mengenai Laut China Selatan, kendati ada pertikaian yang meningkat antara China dan Filipina yang telah memicu kekhawatiran terkait eskalasi yang berbahaya.
Pada 2023, Anwar mengatakan bahwa Beijing menyatakan kekhawatirannya tentang aktivitas energi oleh perusahaan negara Malaysia Petronas dan ia siap untuk bernegosiasi dengan China mengenai sengketa maritim, The Straits Times melaporkan.
Petronas mengoperasikan ladang minyak dan gas di LCS dalam zona ekonomi eksklusif (ZEE) Malaysia, dan dalam beberapa tahun terakhir, telah beberapa kali bertemu dengan kapal-kapal China. Namun, Kuala Lumpur jarang mengkritik Beijing di depan umum. Hal ini dilakukan sebagian untuk melindungi hubungan ekonomi kedua negara, di mana China menjadi mitra dagang utama Malaysia sejak 2009.
Negeri Tirai Bambu mengklaim hampir seluruh Laut China Selatan sebagai wilayahnya berdasarkan peta sejarah. Ini termasuk bagian dari ZEE Vietnam, Filipina, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Taiwan, yang mempersulit upaya eksplorasi energi oleh beberapa negara tersebut.