Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pasukan militer Mali. (Twitter.com/ Honourable Media Africa)
Pasukan militer Mali. (Twitter.com/ Honourable Media Africa)

Bamako, IDN Times - Para militan yang beroperasi di daerah Gao, bagian tenggara Mali, telah melancarkan serangan mengejutkan ke tiga desa. Mereka menembaki warga sipil yang berada di depan rumah dan orang-orang yang berangkat ke masjid.

Penyergapan yang tiba-tiba tersebut terjadi menjelang maghrib pada hari Minggu (8/8) pukul 18:00 waktu setempat. Sementara korban sipil yang dilaporkan ada 51 orang. Namun angka tersebut kemungkinan bertambah karena masih ada banyak warga yang terluka.

Pasukan militer Mali segera dikerahkan untuk melakukan penyisiran di daerah yang menjadi target serangan para militan. Lembaga PBB Multidimensional Integrated Stabilization Mission in Mali (MINUSMA) telah mengutuk serangan yang keji itu dan pengadilan dapat menuntut tindakan itu sebagai kejahatan kemanusiaan.

1. 'Mereka membantai semua orang,' kata penduduk

Para militan dengan mengendarai sepeda motor, secara mengejutkan telah menyergap tiga desa di Gao, wilayah tenggara Mali yang berbatasan dengan Niger dan Burkina Faso. Tiga desa tersebut adalah Karou, Ouatagouna dan Daoutegeft.

Kelompok militan bersenjata itu berada di gerbang desa dan menembaki warga sipil ketika waktu menjelang maghrib pada hari Minggu (8/8).

Melansir laman France24, salah satu sumber anonim mengatakan "mereka (militan) membantai semua orang," katanya menjelaskan. Dalam laporan lain yang diterima Associated Press, "sebagian besar korban berada di depan rumah mereka, yang lain (sedang) pergi ke masjid."

Sergapan dari kelompok militan bersenjata itu disebut sebagai serangan yang terkoordinasi. Banyak rumah penduduk dijarah dan ternak-ternak warga dicuri oleh kelompok tersebut.

Pejabat lokal memberitahu bahwa "20 warga sipil dibantai di Karou, 14 warga sipil tewas di Ouatagouna, dan warga sipil lainnya tewas di dusun Daoutegeft." Seorang pejabat di desa keempat juga mengatakan bahwa mereka diserang akan tetapi sementara ini belum ada rincian tentang korban jiwa dan terluka.

2. Penduduk meminta pengawalan militer dalam prosesi pemakaman para korban

Mali telah menghadapi para militan bersenjata sejak tahun 2012 lalu, ketika pemimpin negara itu digulingkan dan para milisi mengambil kesempatan saat terjadi kekosongan kekuasaan. Sampai saat ini, pemerintahan Mali yang bergejolak terus menghadapi kelompok militan tersebut, yang disebut memiliki afiliasi dengan jaringan al-Qaeda dan ISIL.

Pasukan Prancis telah membantu untuk menahan serangan para militan dalam operasi yang disebut Barkhane. Pasukan penjaga perdamaian juga ikut menjaga dan memerangi kelompok tersebut ketika mereka menargetkan penduduk sipil. Namun serangan yang terbaru, belum ada kelompok yang mengaku bertanggungjawab.

Melansir kantor berita Reuters, sebanyak 51 warga sipil yang meninggal karena disergap militan itu kini mulai dimakamkan oleh penduduk lainnya. Tapi karena masih memiliki ketakutan akan serangan lanjutan, mereka meminta pengawalan militer untuk "membantu pemakaman, meyakinkan penduduk dan menyampaikan belasungkawa kepada keluarga yang ditinggalkan."

Kolonel Souleymane Dembele yang menjadi juru bicara militer Mali telah mengkonfirmasi serangan para militan akan tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut.

Salah seorang perwira militer Mali menjelaskan bahwa satu unit tentara telah dikirim untuk memberikan bantuan namun komunikasi dengan daerah terpencil itu buruk setelah para militan menyerang situs-situs telekomunikasi.

3. Penyerang dapat diseret ke pengadilan atas tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan

Menurut Al Jazeera, penyergapan militan yang membuat puluhan warga sipil tewas kemungkinan aksi balas dendam setelah seminggu sebelumnya tentara Mali menangkap dua pemimpin pemberontak.

MINUSMA, misi perdamaian PBB di Mali menyebut serangan pada hari Minggu adalah "serangan barbar" dan mengatakan pengadilan dapat menuntut serangan terhadap warga sipil sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan. Mereka juga akan mengerahkan pasukan tambahan untuk mengamankan daerah-daerah di mana serangan terjadi dan mengintensifkan patroli.

Sejak Januari 2021, banyak warga sipil Mali yang menjadi sasaran serangkaian pembunuhan khususnya di desa-desa yang dekat perbatasan dengan Niger.

Munculnya kelompok militan itu telah menyebabkan ribuan warga sipil dan tentara tewas, dengan jutaan lainnya membutuhkan dukungan kemanusiaan. Lebih dari 380.000 orang telah mengungsi, meninggalkan rumah mereka di Mali utara dan tengah, dengan dua pertiga dari mereka adalah anak-anak.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team