Salah satu potret sudut daerah Maroko (unsplash.com/@bartsplash)
Melansir dari Al Jazeera, tingkat partisipasi dalam pemilu diperkirakan hanya 36 persen pemilih. Pada jam lima sore dua jam sebelum pemungutan suara selesai menunjukkan sekitar 36 persen pemilih menyalurkan hak pilihnya, jumlah yang rendah itu menunjukkan tingginya sikap apatis dalam pemilu.
Seorang warga di ibu kota, Rabat, bernama Khalid, seorang pekerja di sebuah hotel menyampaikan tidak mengikuti pemilu karena menurutnya politisi hanya peduli dengan diri mereka sendiri.
Abdellatif Wahbi, ketua Partai Keaslian dan Modernitas, menyampaikan rendahnya partisipasi dalam pemilu bukanlah hasil dari hilangnya kepercayaan, melainkan fakta bahwa pemilihan berlangsung pada saat pandemik.
Melansir dai Reuters, berdasarkan keterangan dari Kementerian Dalam Negeri jumlah pemilih yang memberikan suaranya 50,18 persen, lebih tinggi dari pemilu di 2016 yang tingkat partisipasinya sebesar 43 persen. Namun, jumlah pemilih yang lebih tinggi itu setelah pihak berwenang menggabungkannya dengan pemilihan lokal, yang bagi masyarakat Maroko lebih tertarik menyalurkan pilihannya.