Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi maskapai Korean Air. (unsplash.com/Miguel Ángel Sanz)
Ilustrasi maskapai Korean Air. (unsplash.com/Miguel Ángel Sanz)

Jakarta, IDN Times - Maskapai Korean Air melaporkan, pada Kamis (1/8//2024), bahwa pihaknya tidak akan lagi menyajikan mi instan ramyeon dalam bentuk cup kepada penumpang kelas ekonomi pada rute jarak jauh mulai 15 Agustus.

Dilansir Korea Herald, langkah tersebut dilakukan karena alasan keselamatan. Hal ini untuk mengurangi risiko luka bakar yang tidak disengaja akibat cairan panas. Mi instan akan diganti dengan sajian lain, seperti corn dog, pizza, dan hot pocket.

1. Turbulensi parah menyebabkan mi dalam cup tumpah

Pada Juli, Korean Air mengatakan bahwa insiden akibat turbulensi meningkat dan akan menyelesaikan layanan kabin jarak jauh dan menengah 20 menit lebih awal, serta menyelesaikan layanan 40 menit sebelum mendarat.

Keputusan maskapai nasional itu muncul di tengah meningkatnya turbulensi yang parah dalam beberapa tahun terakhir.

"Turbulensi parah menyebabkan seringnya terjadi tumpahan sup. Lorong yang sempit, khususnya, membuat penyajian air mendidih untuk mi instan dalam cup lebih rentan terhadap kecelakaan," kata maskapai tersebut.

2. Ramyeon tidak tersedia lagi di kelas ekonomi, namun masih tersedia di kelas bisnis

Ilustrasi kursi penumpang pesawat. (pixabay.com/JUNO KWON)

BBC melaporkan, kendati ramyeon tidak disediakan lagi untuk penumpang kelas ekonomi, namun penumpang kelas bisnis dan first class akan tetap dapat menikmati sajian tersebut. Di kelas bisnis dan first class, makanan itu dibawa sendiri-sendiri oleh para penumpang, sehingga mengurangi kemungkinan tumpah jika terjadi turbulensi.

Mi instan merupakan hidangan populer penumpang dan sesuatu yang dikenal luas oleh maskapai ini. Hingga saat ini, Korean Air telah menyediakan mi secara gratis untuk penumpang dengan rute yang lebih panjang, berdasarkan permintaan.

Sementara itu, sejak November lalu, Korean Air juga menyediakan snack bar swalayan bagi penumpang kelas ekonomi untuk meningkatkan pengalaman mereka selama penerbangan.

3. Kekhawatiran mengenai turbulensi meningkat sejak insiden Singapore Airlines

Korean Air merupakan salah satu dari 21 maskapai penerbangan yang telah bergabung dengan platform pertukaran data turbulensi real-time yang diluncurkan oleh badan penerbangan global, Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) pada 2020, dikutip dari The Straits Times.

Kekhawatiran mengenai turbulensi di pesawat meningkat sejak penerbangan Singapore Airlines yang berangkat dari London menuju Singapura mengalami insiden parah pada Mei, yang menyebabkan satu orang meninggal dunia dan puluhan lainnya terluka. Pesawat tersebut mengalami turbulensi di atas Myanmar dan dialihkan ke Bangkok, Thailand. 

Turbulensi merupakan salah satu fenomena cuaca yang paling tidak dapat diprediksi. Menurut sebuah studi terkini, insiden turbulensi parah meningkat hingga 55 persen antara tahun 1979-2020, yang sebagian besar disebabkan oleh dampak perubahan iklim.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorRahmah N