Jakarta, IDN Times - Majunya menantu dan putra sulung Presiden Joko "Jokowi" Widodo dalam ajang pemilihan kepala daerah tahun ini turut disoroti oleh media asing. Bahkan, mereka menyebut mulai tercipta dinasti baru di dunia politik Tanah Air.
Laman Bloomberg, Selasa, 8 Desember 2020 melaporkan putra sulung, Gibran Rakabuming Raka memulai karier politik dengan maju sebagai calon Wali Kota Surakarta, Solo. Posisi itu dulu sempat diduduki oleh sang ayah pada 2005 lalu. Sementara, menantu Jokowi, Bobby Nasution, maju di pilkada 2020 sebagai calon Wali Kota Medan, Sumatera Utara.
Pembentukan dinasti politik itu semakin mendekati kenyataan ketika beberapa lembaga survei telah merilis hasil hitung cepat dan menyebut keduanya berhasil memenangkan pilkada 2020. Berdasarkan data, pilkada 2020 diikuti oleh lebih dari 105 juta pemilih di seluruh Indonesia. Mereka diharapkan menggunakan hak pilihnya sembilan provinsi, 224 kabupaten dan 37 kota.
Hasil akhir pilkada diperkirakan akan diumumkan pada 15 Desember 2020 mendatang. Penyelenggaraan pilkada ini juga sempat menjadi sorotan publik karena pemerintah berkukuh tak mau menunda meski kasus COVID-19 terus melonjak.
Menurut analisa dosen tamu di Institut Asia, Universitas Melbourne, Abdil Mughis Mudhoffir, baik Bobby dan Gibran bisa dengan mulus meraih tiket sebagai kandidat, tidak lepas karena ada sosok Jokowi. Bahkan, keduanya didukung oleh partai pemenang pemilu PDI Perjuangan. Kader PDI Perjuangan sendiri yang sudah lama di sana malah tidak diberi restu untuk maju sebagai kandidat Wali Kota di Solo.
"Bila mereka hanya warga atau politikus biasa, maka mereka tidak akan memperoleh tiket itu dengan mudah. Dengan begini, maka keluarga Jokowi ikut bergabung di dalam klub dinasti politik yang sudah ada. Mereka berebut kekuasaan dan sumber daya yang ada," ungkap Abdil kepada Bloomberg.
Ia menambahkan dengan masuknya dua anggota keluarga Jokowi itu menunjukkan kondisi politik di Indonesia akan tetap sama. "Atau bahkan lebih buruk karena dinasti dan nepotisme adalah suatu hal baru yang dianggap normal," tutur dia lagi.
Apa komentar Jokowi ketika ia kembali dituding tengah membangun dinasti politik untuk melanggengkan kekuasaan?
