(Suasana Lapangan Duomo, Italia yang kosong akibat virus corona) ANTARA FOTO/REUTERS/Yara Nardi
Tingkat penyebaran virus corona di Italia memang mengkhawatirkan. Sebab, jumlah peningkatannya begitu masif dan lokasinya secara geografis tidak jauh dari Vatikan.
Berdasarkan data real time Universitas John Hopkins per (4/3), saat ini jumlah kematian di Italia akibat COVID-19 mencapai 79 orang. Angka itu sudah melampaui kematian di Iran yang mencapai 77 orang.
Hal itu lantaran rumah sakit gagal mengidentifikasi seorang pasien laki-laki yang belakangan didiagnosa terjangkit virus corona. Harian Inggris, The Guardian, menyebut pasien itu adalah laki-laki di Codogno, Lombardy, yang memeriksakan diri ke dokter pada (14/2) lalu karena merasa tak enak badan. Dokternya, yang kini juga terinfeksi COVID-19, hanya memberinya obat flu.
Tak kunjung membaik, ia kembali ke rumah sakit pada 16 dan 18 Februari tanpa dites apa pun karena dianggap tak pernah ke Tiongkok atau melakukan kontak dengan orang dari Negeri Tirai Bambu. Pada (19/2), ia mengalami sesak nafas dan mengunjungi rumah sakit lagi. Baru keesokan harinya, laki-laki itu dites dan ternyata positif terinfeksi.
"Di semua departemen gawat darurat di seluruh dunia, dokter harus selalu mengingat yang namanya pencegahan universal untuk mempertimbangkan setiap pasien, kapan pun atau di mana pun, sebagai orang yang berpotensi menyebarkan penyakit," kata pakar dan anggota WHO di Italia, Walter Ricciardi.