Jakarta, IDN Times - Media Tiongkok, China Global Television Network (CGTN) keliru melaporkan vaksin COVID-19 buatan Negeri Tirai Bambu itu sudah sukses melewati uji klinis tahap ketiga dan diberikan izin oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO). Situasi semakin runyam karena berita itu kemudian viral di Tiongkok dan telah diklik sebanyak 460 juta kali di situs Weibo.
Berita disinformasi itu kemudian diamplifikasi oleh dua media nasional yang ikut keliru memberitakan tanpa memperoleh klarifikasi atau mengecek langsung video yang dikutip oleh CGTN.
Stasiun berita CGTN pada Rabu, 23 September 2020 lalu menurunkan pemberitaan dengan judul "China's COVID-19 vaccines proven successful in clinical trials: WHO." Stasiun televisi non Bahasa Mandarin itu menyebut rujukan judulnya dari pernyataan yang disampaikan oleh Kepala Ilmuwan WHO, Dr. Soumya Swaminathan pada Senin, 21 September 2020 lalu.
Dalam sesi briefing dengan media langsung dari kantor pusat WHO di Jenewa, Swaminathan menjawab pertanyaan dari Corrinne jurnalis Bloomberg. Ia menanyakan apakah WHO masih berharap Tiongkok ikut bergabung dengan COVAX, sebuah aliansi yang diinisiasi oleh WHO agar negara kaya dan maju bersedia mendistribusikan vaksin COVID-19 bagi negara tidak mampu.
Video yang ditayangkan oleh stasiun CGTN pada 23 September 2020 lalu tidak memuat utuh pernyataan Swaminathan dan mengabarkan WHO telah membenarkan bahwa kandidat vaksin COVID-19 buatan Tiongkok terbukti sukses di tahap uji klinis. Padahal, Swaminathan tidak menyatakan hal itu.
Laporan CGTN itu kemudian dimentahkan oleh ahli budaya Tiongkok asal Belanda, Manya Koetse. Ia juga merupakan peneliti tren sosial budaya di Tiongkok dan masih bekerja sebagai pimred Whats On Weibo. Lalu, bagaimana analisa Koetse sehingga bisa membuktikan CGTN keliru menerjemahkan pernyataan ilmuwan WHO?