Ilustrasi potret koran yang memberitakan peristiwa 9/11. Unsplash.com/Aidan Bartos
Hanya berselang sebulan usai serangan 11 September 2001, serangkaian peristiwa 'balas dendam' pun dimulai yang menargetkan kelompok Al-Qaeda dan pemimpinnya, Osama bin Laden. Tidak ada yang menyangka perang yang berlangsung di Afghanistan nantinya akan membentang selama pemerintahan empat presiden. Menjadikannya sebagai perang terpanjang dalam sejarah AS, melansir dari CGTN.
Era kepemimpinan George W. bush (2001-2008) adalah awal dari segalanya. Dimulai dari peristiwa 9/11, Bush menandatangani resolusi yang mengizinkan penggunaan kekuatan penuh terhadap pelaku terorisme. Ia memulai kampanye penyerangan militer yang meruntuhkan Taliban dan pada 17 April 2002, terjadilah rekonstruksi Afghanistan.
Pada era Presiden Barrack Obama (2009-2016), lebih banyak pasukan militer AS dikirim ke Afghanistan dengan alasan untuk memerangi terorisme. Di bawah kepemimpinannya, kepala tertinggi Al-Qaeda Osama bin Laden berhasil dibunuh pada 1 Mei 2011. Setahun setelahnya, Pentagon AS mengumumkan untuk menyelesaikan misi tempur dan beralih peran menjadi bantuan keamanan.
Misi itu berlanjut saat Donald Trump memimpin (2017-2020). Trump yang berjanji untuk terus maju dengan komitmen militer terbuka, kemudian menandatangani perjanjian dengan Taliban yang membuka jalan bagi penarikan pasukan AS secara signifikan pada 29 Februari 2020. Sekitar 6 bulan kemudian, perwakilan dari Taliban dan pemerintah Afghanistan pun bertemu muka untuk pertama kalinya.
Kemudian di bawah kepemimpinan Joe Biden, hasil sesungguhnya dari perjalanan rumit politik AS-Afghanistan pasca 9/11 mencapai titik akhir. Biden memutuskan untuk menarik seluruh pasukan AS justru di saat situasi kembali kritis. Usai rentetan "war on terror", pemerintahan Afghanistan pada akhirnya kembali runtuh di tangan Taliban. Sementara AS, pergi meninggalkan perang 20 tahun dengan penerbangan evakuasi yang menyisakan banyak jejak tragis.