Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Presiden Amerika Serikat Donald Trump berbicara dalam upacara penandatanganan "National Defense Authorization Act for Fiscal Year 2020" (UU Otorisasi Pertahanan Nasional untuk Tahun Anggaran 2020) di Pangkalan Gabungan Andrews, Maryland, Amerika Serikat, pada 20 Desember 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Leah Millis
Presiden Amerika Serikat Donald Trump berbicara dalam upacara penandatanganan "National Defense Authorization Act for Fiscal Year 2020" (UU Otorisasi Pertahanan Nasional untuk Tahun Anggaran 2020) di Pangkalan Gabungan Andrews, Maryland, Amerika Serikat, pada 20 Desember 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Leah Millis

Tehran, IDN Times - Tewasnya Jenderal Qassem Soleimani dalam sebuah serangan udara yang dilakukan militer Amerika Serikat pada Jumat pagi (3/1) menuai reaksi keras dari Iran. Menteri Luar Negeri Javad Zarif menilai Amerika Serikat telah melakukan "aksi terorisme internasional" dan harus "bertanggung jawab atas semua konsekuensi".

Gedung Putih mengonfirmasi melalui Twitter bahwa Soleimani, Pemimpin Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), meninggal dunia setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump memerintahkan serangan terhadap Bandara Internasional Baghdad. Pemerintah Irak juga membenarkan peristiwa ini.

1. Zarif mencuitkan bahwa Amerika Serikat bersikap ceroboh

Presiden Iran Hassan Rouhani berjalan bersama Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif saat pertemuan di Tehran. ANTARA FOTO/Official President Website/Handout via REUTERS

"Aksi terorisme internasional yang dilakukan Amerika Serikat, menargetkan dan membunuh Jenderal Soleimani -- orang paling efektif dalam memerangi Daesh (ISIS), Al Nusrah, Al Qaeda dan sebagainya -- sangat berbahaya dan adalah eskalasi yang ceroboh. Amerika Serikat bertanggung jawab atas semua konsekuensi dari petualangan liar ini," cuitnya.

Sementara itu, Trump mengunggah sebuah foto bendera Amerika Serikat melalui akun Twitter pribadinya menyusul berita kematian Soleimani. Sejumlah pihak menilai ini adalah tindakan provokasi dari Amerika Serikat. Apalagi di Iran, Soleimani kerap diasosiasikan sebagai pahlawan dan kebanggaan negara.

2. Gedung Putih menyebut Soleimani adalah dalang di balik serangan yang membahayakan Amerika Serikat di kawasan

Presiden Amerika Serikat Donald Trump berbicara dalam upacara penandatanganan "National Defense Authorization Act for Fiscal Year 2020" (UU Otorisasi Pertahanan Nasional untuk Tahun Anggaran 2020) di Pangkalan Gabungan Andrews, Maryland, Amerika Serikat, pada 20 Desember 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Leah Millis

Gedung Putih, melalui Twitter, menegaskan bahwa IRGC merupakan kelompok teroris dan bahwa Soleimani "secara aktif mengembangkan rencana untuk menyerang diplomat dan utusan Amerika Serikat di Irak dan kawasan".

Narasi ini juga didukung oleh sejumlah anggota Kongres Amerika Serikat. Salah satunya adalah pemimpin minoritas Partai Republik di DPR, Kevin McCarthy. Dalam suatu cuitan, ia menyebut Soleimani "adalah seorang teroris".

McCarthy menambahkan "Presiden Trump serta anggota militer kita yang berani baru saja mengingatkan Iran--serta dunia--bahwa kita takkan membiarkan serangan terhadap warga Amerika Serikat".

3. Pemimpin milisi Irak turut tewas dalam serangan

Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei berpidato saat pertemuan di Tehran, Iran, pada 1 Januari 2020. ANTARA FOTO/Official Khamenei website/Handout via REUTERS

Dalam sebuah keterangan yang ditayangkan stasiun TV lokal, pejabat Irak juga menginformasikan bahwa tokoh penting yang tewas bukan hanya Soleimani, tapi juga komandan milisi Irak bernama Abu Mahdi al-Muhandis.

Al-Muhandis sendiri merupakan pemimpin Pasukan Mobilisasi Populer Irak (PMF) yang mendapatkan dukungan dari Iran. PMF sendiri turut membenarkan bahwa Soleimani dan al-Muhandis telah meninggal karena serangan itu.

Melalui wawancara dengan Al Jazeera, sejumlah sumber dari PMF mengatakan ada sejumlah rudal yang menghancurkan dua kendaraan. Di dalamnya ada "tamu sangat penting" yang tengah menuju Bandara Internasional Baghdad di Irak. Karena status mereka, perjalanan tersebut harus dikawal oleh para anggota milisi PMF.

Editorial Team