Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan pidatonya di hadapan Majelis Umum PBB, New York pada Senin, 26 September 2022 waktu setempat. Di dalam pidato yang durasinya 11 menit dan 12 detik itu, Retno mengingatkan dunia agar pemulihan global tidak boleh tersandera akibat kondisi geopolitik. Menlu perempuan pertama di Indonesia itu bahkan menegaskan agar G20 tak boleh menjadi forum yang gagal.
"G20 tidak boleh gagal jadi katalis pemulihan dunia. Kita tak boleh membiarkan pemulihan global tersandera oleh geopolitik," ungkap Retno semalam.
Pernyataan itu disampaikan oleh Retno melihat situasi yang kini terjadi di Ukraina usai Rusia mengerahkan penyerangan skala penuh pada akhir Februari 2022 lalu. Akibat perang di antara Rusia dan Ukraina, sejumlah pemimpin negara yang semula bakal hadir di KTT G20 di Bali November mendatang lalu memikirkan ulang niat mereka. Meskipun Presiden Joko "Jokowi" Widodo telah meminta secara pribadi agar Presiden Amerika Serikat, Joe Biden dan Presiden Rusia, Vladimir Putin untuk datang ke Bali.
Maka, Retno kembali mengingatkan agar solidaritas global tak boleh semakin surut. Rantai pasok global tak boleh kalah oleh monopoli.
"Indonesia menawarkan tatanan dunia yang berbasis paradigma baru. Paradigma win-win, bukan zero-sum. Paradigma yang merangkul bukan mempengaruhi. Paradigma kolaborasi bukan kompetisi. Ini adalah solusi transformatif yang kita butuhkan," kata dia.
Retno mewakili Presiden Jokowi untuk berbicara di forum Sidang Umum ke-77 PBB. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu kembali melewatkan momen untuk berbicara langsung di hadapan para pemimpin negara di New York. Sebelumnya, Jokowi hanya mengikuti sidang umum PBB di masa pandemik secara virtual.
Lalu, apa kata Indonesia mengenai situasi yang terjadi di Afghanistan?