Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Menteri di Nepal Diamuk Massa Demo, Wajahnya Dipukul dan Ditendang
Menteri Luar Negeri (Menlu) Nepal Arzu Rana Deuba dipukul dan ditendang massa. (Dok. NDTV)

Intinya sih...

  • Menteri Luar Negeri Nepal diserang massa, dipukul dan ditendang di rumahnya.

  • Protes menewaskan 22 orang dan melukai lebih dari 300 orang, dipicu oleh pemblokiran media sosial.

  • Pengunjuk rasa kritik gaya hidup mewah anak pejabat, menyoroti kesenjangan antara orang kaya dan miskin di Nepal.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri (Menlu) Nepal Arzu Rana Deuba, menjadi sasaran kemarahan massa. Ia dipukul di wajah dan ditendang oleh massa yang menerobos masuk rumahnya.

Dalam video-video menteri di Nepal diamuk massa yang beredar, Arzu terlihat menyeka darah dari wajahnya, dikelilingi oleh para demonstran yang merekamnya. Tak lama kemudian, video menteri digebukin tersebut memperlihatkan perempuan berusia 63 tahun itu ditendang dari belakang dan dipukul wajahnya oleh para demonstran yang marah.

Protes yang dimulai pada Senin (8/9/2025), saat ini telah menewaskan 22 orang dan melukai lebih dari 300 orang. Dipimpin oleh pemuda Nepal, protes tersebut menunjukkan titik kritis dari sentimen lama yang menentang para politisi, keluarga mereka, dan kekhawatiran atas korupsi.

Dikutip dari NDTV, Rabu (10/9/2025), video-video tersebut menunjukkan situasi seperti perang di ibu kota Kathmandu, dengan pasukan kecil yang terdiri dari pemuda dan pemudi menduduki ruang publik dan terlibat dalam pertempuran sengit dengan polisi.

Pemicu demo ini lantaran beberapa situs media sosial, termasuk Facebook, YouTube, dan X, diblokir pada Jumat di negara Himalaya berpenduduk 30 juta jiwa ini. Pemblokiran dilakukan setelah pemerintah memutus akses ke 26 platform yang tidak terdaftar.

Para pengunjuk rasa membawa plakat bertuliskan slogan-slogan seperti "Tutup korupsi, bukan media sosial", "Batalkan pemblokiran media sosial", dan "Pemuda lawan korupsi" saat mereka berbaris di Kathmandu. Sementara video dengan tagar seperti #NepoKid, #NepoBabies, dan #PoliticiansNepoBabyNepal membanjiri media sosial, sebagai kritik atas gaya hidup mewah para anak pejabat di negara tersebut.

Kerusuhan di Nepal saat ini merupakan yang terburuk dalam beberapa dekade dan jauh lebih keras daripada yang terjadi di negara Himalaya tersebut pada 2006, ketika pemberontakan memaksa raja Nepal untuk melepaskan kekuasaan otoriternya.

Beberapa minggu sebelum pelarangan, sebuah kampanye media sosial - khususnya di platform berbagi video TikTok - menyoroti gaya hidup mewah anak-anak politisi, yang menyoroti kesenjangan antara orang kaya dan miskin di Nepal. Para pengunjuk rasa mengkritik mereka karena memamerkan barang-barang mewah mereka di negara dengan pendapatan per kapita 1.400 dolar AS setahun.

Editorial Team