Jen Psaki, Sekretaris Gedung Putih. (Twitter.com/DNR)
Ketika pemimpin Jerman melakukan panggilan telepon kepada Kremlin untuk menurunkan ketegangan situasi di perbatasan dengan menyerukan pengurangan pasukan dan aktivitas militer, Amerika Serikat di waktu yang sama berencana melakukan pembicaraan dengan sekutu NATO.
Mereka akan mendiskusikan Ukraina yang merasa terancam dengan peningkatan pasukan Rusia di perbatasan timur negaranya. Melansir dari laman Al Jazeera, sekretaris Gedung Putih, Jen Psaki mengatakan bahwa minggu ini memprihatinkan karena sedikitnya lima pasukan Ukraina telah tewas di perbatasan.
Dia juga berpendapat bahwa "Rusia sekarang memiliki lebih banyak pasukan di perbatasan dengan Ukraina daripada kapan pun sejak 2014," kata Psaki. Psaki mengatakan hal tersebut dengan merujuk episode ketika Rusia menganeksasi Krimea di Ukraina selatan.
Sebagian besar masyarakat di Donbass menggunakan bahasa Rusia meski wilayah tersebut masuk dalam kedaulatan Ukraina. Kelompok separatis di wilayah itu yang mendeklarasikan Republik Lugansk dan Republik Donetsk juga disinyalir mendapatkan dukungan dari Rusia meski Rusia membantahnya.
Kini panasnya perbatasan Ukraina-Rusia menimbulkan kekhawatiran internasional bahwa dimungkinkan akan terjadi konflik dalam skala besar. Pihak Rusia sendiri meyakini bahwa Kyiv telah melakukan provokasi yang disengaja dan Rusia hanya ingin melindungi warga di perbatasannya.
Melansir dari media pemerintah Rusia, Tass, Fyodor Voitolovsky seorang direktur Institut Ekonomi Dunia dan Hubungan Internasional Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia menilai bahwa Amerika Serikat "tidak tertarik untuk terlibat lebih dalam proses penyelesaian atau berpartisipasi dalam konflik secara langsung (dengan Rusia) jika terjadi eskalasi."
Menurut pendapat Voitolovsky, AS tidak akan ambil risiko konflik terbuka dengan Rusia. "Tidak ada yang akan mengirim tentara AS ke sana dan berbagi risiko yang mungkin ditimbulkan oleh perilaku tidak bertanggung jawab dari kepemimpinan Ukraina," katanya.