Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi bendera Mesir. (pixabay.com/jorono)
Ilustrasi bendera Mesir. (pixabay.com/jorono)

Intinya sih...

  • Mesir mendorong pembentukan aliansi militer gabungan negara-negara Arab

  • Mesir siap pasok 20 ribu tentara, gagasan aliansi mandek sejak 2015

  • Israel kecam rencana aliansi militer negara Arab

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times- Pemerintah Mesir dilaporkan mendorong kembali proposal pembentukan pasukan militer gabungan negara-negara Arab. Aliansi ini digadang-gadang akan mirip dengan NATO, dan wacananya kembali menguat setelah serangan Israel di Doha, Qatar, yang menargetkan Hamas.

Inisiatif ini menjadi salah satu agenda yang dibahas dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Arab-Islam di Doha. Mesir telah mengusulkan gagasan ini hampir satu dekade lalu, tapi kini dianggap semakin mendesak di tengah eskalasi konflik kawasan.

1. Mesir siap pasok 20 ribu tentara

Presiden Mesir, Abdel Fattah el-Sisi, disebut telah melobi beberapa pemimpin Arab untuk membahas proposal ini sebelum KTT dimulai. Struktur pasukan yang diusulkan akan terdiri dari unit darat, udara, laut, dan pasukan komando khusus yang terintegrasi.

Mesir menawarkan diri untuk menjadi kontributor awal dengan sekitar 20 ribu personel militer. Selain itu, Mesir juga mengajukan Kairo sebagai lokasi markas besar untuk aliansi militer tersebut.

Arab Saudi diperkirakan akan menjadi kontributor terbesar kedua dalam aliansi ini. Komando pasukan akan dirotasi di antara 22 negara anggota Liga Arab, dengan Mesir diusulkan memegang komando pada masa jabatan pertama. Rencananya, aliansi akan diawasi oleh seorang sekretaris jenderal dari kalangan sipil.

"Penggunaan kekuatan militer hanya dapat dilakukan atas permintaan resmi negara anggota dan memerlukan persetujuan dari dewan pimpinan militer," lapor The New Arab pada Minggu (14/9/2025)

2. Gagasan aliansi mandek sejak 2015

Gagasan ini bukanlah hal baru. Inisiatif serupa pertama kali diusulkan oleh Mesir pada KTT Liga Arab di Sharm El Sheikh pada 2015.

Saat itu, proposal tersebut muncul sebagai respons atas pengambilalihan sebagian besar wilayah Yaman oleh kelompok Houthi. Namun, wacana ini mandek karena negara-negara Arab gagal mencapai kesepakatan. Perdebatan berputar di sekitar masalah struktur komando dan calon lokasi markas besar pasukan, dilansir The National.

Sejarah mencatat negara-negara Arab pernah beberapa kali bekerja sama secara militer, seperti dalam perang melawan Israel dan Perang Teluk pertama. Kawasan ini juga pernah memiliki aliansi serupa bernama Central Treaty Organisation (Pakta Baghdad) yang dipimpin Inggris dari tahun 1955 hingga 1979.

3. Israel kecam rencana aliansi militer negara Arab

ilustrasi bendera Israel. (unsplash.com/Taylor Brandon)

Tujuan utama dari pembentukan aliansi ini adalah untuk menangani berbagai ancaman keamanan. Termasuk di antaranya adalah operasi kontraterorisme dan misi pemeliharaan perdamaian di negara-negara Arab.

Serangan terbaru Israel ke Qatar semakin meningkatkan urgensi untuk segera merealisasikan wacana ini. Sepanjang tahun ini, Israel juga telah menyerang Palestina, Lebanon, Suriah, Yaman dan Iran.

Namun, hingga kini, pemerintah Mesir belum mengonfirmasi rencana penghidupan kembali proposal ini. Sementara itu, KTT Doha sendiri diperkirakan akan menghasilkan resolusi yang mengecam agresi Israel.

Di sisi lain, rencana ini menuai kritik dari kelompok oposisi Israel. Pemimpin oposisi Yair Lapid menilai rencana aliansi ini akan merusak prospek perdamaian antara negara-negara Arab dengan Israel, dilansir Jerusalem Post.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team