Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pengunjuk rasa menggelar aksi protes terhadap kudeta militer di Kota Yangon, Myanmar, Sabtu (6/2/2021). Mereka menuntut pembebasan pemimpin terpilih Myanmar Aung San Suu Kyi. ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer/wsj.

Seoul, IDN Times - Lima Poin Konsensus (5PC) yang disepakati dua tahun lalu oleh para pemimpin ASEAN, termasuk junta militer Myanmar, kini dirasa kurang efektif membantu Myanmar keluar dari krisis politik.

Jae Hyeok Shin, profesor bidang politik dan hubungan internasional Universitas Korea, mengaku pesimistis dengan kondisi Myanmar saat ini. Meski, ASEAN telah sekuat tenaga membantu Myanmar.

“Saya pesimistis, karena militer sendiri butuh untuk ‘bertahan’ di Myanmar. Mereka akan melakukan segala sesuatu untuk mempertahankan posisi mereka dan tetap memiliki kekuatan di Myanmar,” kata Jae, kepada 13 jurnalis program Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea Batch 2 Korea Foundation dan Foreign Policy Community of Indonesia, di Universitas Korea, Seoul, Rabu (31/5/2023).

1. Tidak ada komitmen dari junta

Profesor Politik dan Hubungan Internasional Universitas Korea, Jae Hyeok Shin. (IDN Times/Sonya Michaella)

Jae juga mengakui tidak ada komitmen dan kemajuan dari junta untuk mengimplementasikan 5PC yang disepakati di Jakarta pada April 2021.

“Kenapa? Karena itu akan melukai posisi mereka. Sebaliknya, ASEAN tetap memegang teguh 5PC sebagai acuannya,” ucap Jae.

Sementara itu, lanjut dia, rakyat Myanmar juga mendesak agar junta militer segera turun dari pemerintahan dan meminta agar pemimpin sipil kembali. Namun, hal ini pun belum membuahkan hasil.

2. Rakyat Myanmar mencoba bertahan di negeri sendiri

Editorial Team

Tonton lebih seru di