Polisi Myanmar berhadapan dengan demonstran. (Twitter.com/Ro Nay San Lwin)
Menurut laporan yang diturunkan oleh BBC, petugas perbatasan di negara bagian Mizoram mengatakan ada sekitar 30 warga Myanmar yang memasuki India guna mencari perlindungan. Mereka adalah para petugas polisi, keluarganya dan warga sipil. Namun dalam laporan lain yang diturunkan oleh Reuters, ada sekitar 100an penduduk yang melarikan diri.
Beberapa penduduk Myanmar lainnya juga telah menunggu di perbatasan untuk mendapatkan izin masuk ke India, guna mencari perlindungan. Wilayah perbatasan itu adalah salah satu wilayah yang rapuh dari penjagaan. Rata-rata mereka melarikan diri pada malam hari.
Petugas polisi yang menolak perintah untuk menembak demonstran sampai mati juga mengakui melakukan pelarian pada malam hari. Dia berangkat pada 1 Maret untuk menyeberang ke India dan melakukan perjalanan jalan kaki selama tiga malam. Perjalanan malam hari itu dilakukan untuk menghindari deteksi.
Salah satu polisi lainnya yang bernama Ngun Hlei, ditugaskan di Mandalay, salah satu kota terbesar di Myanmar. Menurut Reuters, dia juga mendapatkan perintah serupa dari militer untuk menembak demonstran. Namun dia menolak dan diberi peringatan.
Dia memutuskan untuk melarikan diri dari Myanmar menuju India. Menurut pengakuannya, jaringan aktivis pro-demokrasi telah membantunya memberi jalan. Dia sendiri juga cukup memiliki biaya untuk melarikan diri. Katanya, biaya untuk melarikan diri sekitar 200 kyat Myanmar atau sekitar Rp2 juta.