Para peneliti mengungkapkan banyak gajah di Bostwana saat ini menunjukkan perilaku yang tidak biasa. Gambar merupakan ilustrasi dari gajah Afrika. Unsplash.com/Charl Durand
Para ahli dibiarkan dengan sedikit petunjuk tentang penyebab pasti kematian misterius ini. Meski sudah beberapa bulan berlalu, hasil pastinya pun masih belum juga dirilis. Dilansir dari kantor berita Reuters, berikut ini beberapa teori dari para margasatwa yang sempat muncul terkait kasus ini:
Perburuan - Pemerintah dan konservasionis mengesampingkan perburuan liar pada tahap awal karena bangkai ditemukan utuh, termasuk gading. Dan meski perburuan liar menyebabkan menurunnya angka kehidupan bagi gajah Afrika, tetapi di Bostwana sendiri, jumlah gajah justru alami peningkatan menjadi 130.000 dari 80.000 sejak akhir 1990-an.
Diracun – Sianida biasanya digunakan pemburu untuk meracuni gajah, tetapi tidak ada indikasi tersebut dalam kondisi bangkai yang ditemukan. Ada kemungkinan bila racun jenis lain yang mungkin lebih kuatlah yang digunakan. Tapi sekali lagi, itu belum pasti.
Anthrax - Anthrax, penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri pembentuk spora, terkadang menyerang satwa liar di Botswana. Tetapi sampel yang diambil oleh para ahli kedokteran hewan dari pemerintahan telah menunjukkan hasil negatif adanya Anthrax.
Alga mekar - Ganggang mekar bisa membuat air beracun dan sangat berbahaya bagi makhluk hidup. Teori ini dibuat karena sebanyak 70% gajah yang mati ditemukan berada di dekat air. Tetapi bisa jadi salah, karena spesies lain terlihat tidak terkena dampak.
Kekeringan - Seringkali jadi penyebab umum kematian di Afrika, tetapi teori ini langsung terbantahkan karena para peneliti menemukan ada banyak air, terlebih hujan turun di wilayah Okavango Panhandle dalam beberapa bulan terakhir.
Covid-19 - Wabah pandemi ini belum masuk ke wilayah Okavango. Terlebih, tidak ada bukti yang menyebutkan bahwa gajah dapat tertular virus.
Pathogen novel - Para konservasionis berspekulasi tentang munculnya pathogen lain yang bisa menyebabkan virus atau bakteri baru. Dugaan ini cukup kuat berhembus dan sangat mengkhawatirkan bila benar adanya, karena dicemaskan dapat menular ke manusia.