Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Andy Kelly via Unsplash

Manila, IDN Times - Para pekerja alih daya atau outsourcing di Filipina menyatakan kekhawatiran terkait meningkatnya penetrasi kecerdasan bantuan (AI). Mereka mengaku risau bila robot akan menggantikan keberadaan mereka.

Filipina sangat bergantung kepada pekerja di pusat informasi yang semuanya adalah hasil outsourcing.

Default Image IDN

Dikutip dari Reuters, Filipina saat ini sudah mengalahkan India sebagai negara dengan jumlah pekerja di sektor pusat informasi (call centers) terbesar di dunia. Mereka semua merupakan pekerja outsourcing. Maka, tak mengherankan ketika mereka menyuarakan kekhawatiran bahwa kecerdasan buatan akan melahap industri yang bernilai Rp 311 triliun tersebut.

Salah satu yang selama ini jadi aset terbesar Filipina adalah kemampuan berbahasa Inggris mereka. Banyak korporasi multinasional yang memanfaatkan kemampuan mereka itu untuk mengisi posisi di pusat informasi mereka. Keberadaan mesin penerjemah yang dibuat dengan konsep kecerdasan buatan berpotensi menyaingi para pekerja itu.

Bahkan, perusahaan penyedia layanan manajemen IT asal Amerika Serikat, Sutherland Global Service, juga menyuarakan hal yang sama. "Aku tak berpikir bahwa kemampuan Bahasa Inggris kami yang sangat baik akan menjadi jaminan lima, 10 tahun dari sekarang. Itu takkan penting lagi," ujar Rahneesh Tiwary, salah satu pejabat senior Sutherland.

Puluhan ribu lapangan pekerjaan diprediksi terancam hilang karena kecerdasan buatan.

Editorial Team

Tonton lebih seru di