Bendera Myanmar. (Pexels.com/Gu Bra)
Militer merebut kekuasaan dari pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi pada tahun 2021, yang memicu protes tanpa kekerasan yang kemudian berkembang menjadi perlawanan bersenjata. Konflik itu membuat ekonomi Myanmar kesulitan karena mengganggu upaya pemulihan dari wabah COVID-19.
Sejak berkuasa, militer telah memperkenalkan lebih banyak persyaratan untuk lisensi ekspor dan impor, dan memperketat peraturan tentang impor bahan bakar. Krisis juga memburuk karena penukaran dolar Amerika Serikat di pasar terbuka bernilai lebih dari dua kali lipat dari nilai tukar tetap di bank sentral, sehingga menambah tekanan pada bisnis.
Jepang secara historis telah menjalin hubungan persahabatan dengan Myanmar. Dibandingkan dengan banyak negara Barat, Jepang mengambil pendekatan yang lebih lunak terhadap pemerintahan militer yang memiliki catatan buruk hak asasi manusia dan pelemahan demokrasi.
Tokyo belum memberlakukan sanksi ekonomi meskipun tidak mengakui legitimasi pemerintah saat ini dan mendesak pemulihan demokrasi, serta membatasi bantuan untuk tujuan kemanusiaan.