Perdana Menteri Suga menghadiri Upacara Peringatan Perdamaian Nagasaki untuk korban bom atom yang diadakan di Taman Perdamaian, Nagasaki (9/8/2021). (kantei.go.jp)
Dilansir Kyodo News, Peringatan tragedi serangan bom atom Nagasaki, dihadiri oleh perwakilan dari 63 negara, termasuk 5 negara kekuatan nuklir, Inggris, China, Prancis, Rusia, dan AS.
Setelah mengheningkan cipta pada pukul 11.02, saat dimana terjadinya pengeboman pada tanggal 9 Agustus 1945, Taue memuji Perjanjian Pelarangan Senjata Nuklir sebagai cakrawala baru untuk perlucutan senjata nuklir, namun juga menyatakan keprihatinan tentang meningkatnya bahaya yang ditimbulkan oleh perlombaan senjata nuklir yang sedang berlangsung.
Pada upacara peringatan tahunan yang berlangsung di Taman Perdamaian Nagasaki, Taue dalam pidatonya mendesak pemerintah untuk menandatangani dan meratifikasi perjanjian PBB yang melarang senjata nuklir dan bergabung sebagai pengamat dalam pertemuan pertama negara pihak pada perjanjian tersebut, yang mulai berlaku pada bulan Januari, dan mengeksplorasi pembangunan nuklir, sebagai zona bebas senjata di timur laut Asia.
"Untuk mengikuti satu jalan menuju dunia yang bebas dari senjata nuklir di tengah dua gerakan yang saling bertentangan tersebut, para pemimpin dunia harus berkomitmen pada pengurangan senjata nuklir dan membangun kepercayaan melalui dialog, dan masyarakat sipil harus mendorong mereka ke arah ini," ungkap Taue dalam pidatonya.
Seruan Taue pada Jepang untuk bergabung dalam perjanjian larangan senjata nuklir, mengikuti seruan serupa yang dibuat oleh Walikota Hiroshima, Kazumi Matsui, pada tiga hari yang lalu, ketika kota Hiroshima yang juga dihancurkan oleh bom atom selama PD II mengadakan upacara tahunannya.
Taue juga mengatakan perjanjian internasional dengan jelas menyatakan untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia bahwa senjata nuklir adalah ilegal dan mendesaknya untuk menjadi aturan universal, dikutip dari The Asahi Shimbun.