Jakarta, IDN Times - Sore itu, Minggu (13/7/2025) mini bus yang membawa IDN Times dan rombongan jurnalis dari Asia-Afrika tiba di Desa Liangjiahe, di Provinsi Shaanxi, di Barat Laut China, desa yang menjadi simbol perjuangan dan pengabdian Presiden Xi Jinping saat menghabiskan masa remajanya.
Matahari pelan-pelan mulai bergeser menuju tempat persembunyiannya di ufuk barat, tetapi dia masih loyal menyinari ratusan warga yang berduyun-duyun napak tilas ke desa tempat Xi Jinping menempa diri sebagai pimpinan tinggi di Partai Komunis China. Di tengah terik itu, ratusan warga antusias menapaki setiap bangunan di Desa Liangjiahe yang penuh sejarah.
Dalam beberapa pekan terakhir ini, China tengah dilanda gelombang panas. Tak hanya terjadi di kota-kota besar seperti Beijing dan Sanghai, gelombang panas juga menggigit di Kota Xian, ibu kota Provinsi Shaanxi. Suhu panas bahkan bisa menyentuh 43 derajat celcius.
Desa Liangjiahe telah menjadi tempat "ziarah politik" kader Partai Komunis dan masyarakat umum yang mau mengulas perjalanan hidup Xi. Bagi sebagian rakyat China, desa ini dianggap suci dalam konteks ideologis dan politis karena hubungannya yang erat dengan Presiden Xi Jinping dan sejarah Partai Komunis China.
Pengalaman hidup selama tujuh tahun di pedesaan itu sepertinya berhasil memupuk keyakinan Xi yang tak pernah mau berubah untuk melakukan hal-hal bermanfaat bagi rakyat China.
"Cintailah rakyat sebagaimana engkau mencintai kedua orangtuamu, carilah kemaslahatan rakyat, dan pimpinlah rakyat ke arah kehidupan yang lebih baik." Pesan itu tertulis di sebuah papan yang membentang di sebelah kiri museum di desa ini. Museum itu menceritakan perjalanan Xi Jinping selama mengabdikan masa remajanya terhadap warga dan petani di desa tersebut.
Desa Liangjiahe adalah tempat tinggal Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Komunis China, Xi Jinping selama tujuh tahun, dari tahun 1969 hingga 1975. Desa ini terletak 5 kilometer di tenggara Kota Wen'anyi.