Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
potret aktivitas belajar mengajar di Mosul yang dirilis Norwegian Refugee Council (nrc.no)
potret aktivitas belajar mengajar di Mosul yang dirilis Norwegian Refugee Council (nrc.no)

Jakarta, IDN Times - Militer Irak berhasil merebut kembali Kota Mosul dari kelompok teroris ISIS pada Oktober 2016. Pertempuran antara Pemerintah Irak dan ISIS dinyatakan benar-benar berakhir pada 10 Juli 2017. 

Sayangnya, penduduk di Kota Mosil masih dilanda berbagai permasalahan mendasar, mulai dari pendidikan hingga kesehatan. Kehidupan bagi penduduk Mosul seakan-akan tak berubah walau ISIS berhasil dikalahkan sekitar lima tahun lalu. 

1. Kota Mosul masih kekurangan tenaga pendidik

potret aktivitas belajar mengajar di Irak pada 2017 yang dirilis UNICEF USA (unicefusa.org)

Ribuan siswa belajar di sekolah yang masih membutuhkan renovasi setelah pasukan Irak berhasil menaklukkan ISIS di Mosul. Renovasi di ruang kelas penuh sesak dengan guru yang tidak memadai.

Selain itu, pelajar di sana melakukan kegiatan belajar mengajar di sekolah tanpa buku atau alat tulis. Faktor utama yang mempengaruhi kapasitas siswa untuk belajar di Mosul adalah terdapat tiga hingga empat tahun angkatan pelajar yang tak menempuh pendidikan pada 2014 hingga 2017.

Alhasil, saat sistem pendidikan dimulai kembali, para siswa di sekolah melonjak tajam. Belum lagi beberapa bangunan sekolah yang rusak parah akibat konflik di kota tersebut yang turut memperparah keadaan.

Pemerintah Irak menetapkan siswa harus terdaftar di kelas yang sesuai dengan usia mereka daripada pendidikan mereka sebelum adanya konflik. Artinya, anak-anak yang telah melewatkan tahun sekolah akibat konflik harus menghadapi tekanan ekstra sejak mereka kembali ke kelas.

2. Akses kesehatan di Mosul masih kurang memadai

para pelajar di Irak (twitter.com/UN)

Meski masyarakat Mosul merasakan perubahan, realita kehidupan mereka bukannya tanpa tantangan. Banyak keluarga kehilangan segalanya akibat perang, dan masih berjuang untuk mencari nafkah atau menemukan akomodasi yang sesuai.

Tanpa kesempatan kerja, terutama bagi kaum muda, sulit bagi kebanyakan keluarga untuk menetap. Situasi ekonomi dan sosial yang pulih dengan lambat menjadi beban tambahan bagi masyarakat.

Mosul pernah memiliki sistem kesehatan terbesar kedua di Irak yang pada akhirnya hancur sejak ISIS memasuki kota tersebut. Karena fasilitas medis rusak berat, orang masih berjuang untuk mengakses layanan kesehatan berkualitas tinggi yang terjangkau.

Banyak penduduk Mosul yang harus melakukan perjalanan jauh untuk mencapai beberapa yang berfungsi di kota. “Pasien datang dari jauh untuk melahirkan di rumah sakit kami,” kata Sulav Al-Hamza, supervisor bersalin di rumah sakit Nablus, Mosul Barat.

“Mereka seharusnya mengakses layanan itu di rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang dekat dengan mereka, tetapi tidak demikian. Sampai saat ini, orang-orang kehilangan nyawa di jalan bahkan jika mereka hanya membutuhkan prosedur atau perawatan sederhana," tambah Sulav, dilansir Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA). 

3. Hidup yang tidak sulit bagi remaja dan anak muda di Mosul

Norwegian Refugee Countil (NRC) telah merilis hasil wawancara dengan penduduk di Mosul, termasuk anak muda dan remaja. Hasil wawancara mereka menggambarkan betapa sulitnya mendapatkan kesejahteraan yang layak walau konflik di kota tersebut sudah berakhir lima tahun lalu. 

“Saya membutuhkan les privat untuk menebus hal-hal yang tidak dapat saya pahami di sekolah. Tapi bagaimana saya bisa membayar les privat ketika saya bahkan tidak mampu membeli buku dan alat tulis. Saya punya teman-teman yang juga putus sekolah karena alasan yang sama,” kata seorang wanita berusia 18 tahun yang bernama Iman. Dia khawatir banyak perempuan muda di Mosul yang tidak memiliki prospek pekerjaan.

Sementara Yosef, seorang tukang bangunan berusia 23 tahun, mengatakan ada persaingan ketat untuk mendapatkan pekerjaan. Sementara yang telah berkerja sangat sulit untuk mendapatkan gaji yang memadai.

"Irak telah membuat saya lelah. Mereka yang melihat saya tidak percaya bahwa saya semuda ini. Rambut saya sudah beruban,” kata Yousef.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team