Seorang penjaga memakai masker pelindung berdiri di samping pintu kereta bawah tanah menyusul penularan virus corona baru, di Beijing, Tiongkok, pada 12 Februari 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Tingshu Wang
Media pemerintah Tiongkok, Xinhua, melaporkan bahwa hingga Senin (10/2) ada 55 kasus virus corona di Provinsi Xinjiang di mana kejadian pertama diidentifikasi pada akhir Januari lalu.
Pada minggu ini, media itu memberitakan ada dua pasien yang dinyatakan sembuh dan boleh keluar dari rumah sakit. Bahkan salah satunya dikabarkan sempat berstatus sangat kritis. Xinjiang sendiri berlokasi sangat jauh dari Wuhan yang merupakan episentrum virus corona yang oleh WHO disebut sebagai Covid-19.
Pemerintah daerah pun menolak berkomentar kepada AFP tentang langkah-langkah yang diambil guna mencegah penyebaran virus di kamp. Ini membuat salah satu kelompok yang mewakili Uighur, Kongres Uighur Dunia (WUC), kian gusar.
"Orang-orang itu tinggal dalam situasi rentan dan lemah karena pemerintah Tiongkok melakukan pelanggaran dan memperlakukan mereka dengan buruk," kata Presiden WUC, Dolkun Isa. "Ini kian mencampur-adukkan penderitaan warga Uighur, seperti teman-teman dan keluarga kami sekarang bahkan semakin berada dalam kondisi bahaya."