Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Anak-anak di Gaza. (twitter.com/@UNICEF)
Anak-anak di Gaza. (twitter.com/@UNICEF)

Jakarta, IDN Times – Seorang mantan negosiator Israel, Gershon Baskin, mengatakan bahwa perundingan gencatan senjata Israel dan Hamas akan segera menyelesaikan konflik. Namun, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, masih sengaja menghalanginya dengan memaksakan kendali Israel atas Koridor Philadelphia.

“Saya telah berbicara dengan banyak personel militer di Israel dan semuanya sepakat bahwa perang ini dapat berakhir dalam tiga minggu,” kata Baskin, dilansir dari Al Jazeera, Rabu (4/9/2024).

Melalui percakapan pribadi, Baskin mengatakan bahwa Hamas siap membebaskan semua sandera jika kesepakatan jika perang bisa berakhir dalam tiga pekan. Namun kelompok itu juga disebut memberikan tuntutan yang lain.

”Tentu saja, mereka menuntut agar Israel membebaskan sejumlah besar tahanan Palestina. Namun, itu adalah kesepakatan yang dapat dibuat,” katanya.

1. Mayoritas akan mendukung kesepakatan itu

Ilustrasi bendera Israel (Unsplash.com/Levi Meir Clancy)

Baskin mengatakan bahwa kesepakatan itu kemungkinan akan didukung oleh mayoritas warga Israel. Karena prioritas utama mereka adalah membawa pulang para tawanan. Kendati demikian, masyarakat juga disebut terpecah atas hal tersebut.

”Ada orang-orang di Israel yang percaya bahwa jika kita membawa pulang para sandera dan membuat kesepakatan dengan Hamas, kita hanya akan mengundang tragedi 7 Oktober lagi. Dan ada banyak ketakutan,” katanya.

Warga Israel terutama para keluarga korban sejak lama telah menyerukan agar Israel menerima gencatan senjata. Terbaru, hal itu semakin bergejolak setelah ditemukannya jasad sandera yang tewas di terowongan Hamas pada Minggu. Warga turun ke jalan memprotes Netanyahu.

2. AS siapkan proposal gencatan senjata terakhir

Pertemuan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dengan Perdana Menteri sekaligus Menlu Qatar, Selasa 5 Maret 2024 di Washington AS. (twitter.com/@SecBlinken)

Washington menyatakan, pihaknya bersama mediator lainnya yakni Mesir dan Qatar telah menyusun draf proposal akhir, namun proposal itu tidak dapat dinegosiasikan.

Dilansir The Jerusalem Post, Ketua Komite Urusan Luar Negeri dan Pertahanan Israel, Yuli Edelstein, mengatakan mereka harus menerima karena tidak dapat lagi dinegosiasikan.

"Saya pikir apa yang akan terjadi pada akhirnya adalah bahwa akan ada semacam kesepakatan terima atau tinggalkan yang akan diajukan oleh Presiden AS Joe Biden bersama dengan Mesir dan Qatar. Kemudian kami harus mengambil keputusan karena itu tidak bisa dinegosiasikan lagi," ungkapnya.

Namun, Edelstein berspekulasi bahwa draf terakhirnya kemungkinan besar ditulis oleh Qatar dan Mesir, yang mencakup persyaratan yang kurang menguntungkan bagi Israel.

3. Perang di Gaza terus berlanjut

Militer Israel atau Israel Defence Force. (twitter.com/@IDFSpokesperson)

Sementara itu, jumlah korban di Gaza sampai saat ini masih terus meningkat. Al Jazeera melaporkan, jumlah korban di pihak Palestina yang tewas telah lebih dari 40 ribu orang.

Perang yang tak berkesudahan telah menyebabkan krisis kemanusiaan yang sangat parah di Gaza. Kemiskinan, kelaparan, dan penyebaran penyakit semakin mengancam warga Gaza.

Sejak akhir pekan lalu, Badan Kesehatan Dunia PBB menjalankan vaksinasi polio di Gaza. Selama tiga hari pertama, 161.000 anak Palestina telah diimunisasi.

Meskipun adanya kampanye vaksinasi, pemboman Israel masih terus berlanjut di utara, tengah, dan ujung selatan wilayah tersebut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team