Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Nepal Makin Chaos.jpg
Gedung Parlemen Nepal dibakar. (Dok. Istimewa).

Intinya sih...

  • Gedung parlemen hingga rumah pemimpin jadi sasaran api.

  • Krisis politik tanpa kepemimpinan jelas.

  • Gen Z Jadi motor aksi protes.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Nepal dilanda kerusuhan besar setelah Perdana Menteri Khadga Prasad (KP) Sharma Oli mengundurkan diri di tengah protes antikorupsi yang menewaskan sedikitnya 19 orang. Massa membakar gedung parlemen di Kathmandu, kediaman para pemimpin politik, hingga markas partai pemerintahan, pada Selasa (9/9/2025). 

Asap hitam pekat membubung dari gedung-gedung yang diserang. Dilansir BBC, aksi ini menjadi kerusuhan terburuk dalam beberapa dekade terakhir di Nepal. Kerusuhan bermula dari larangan penggunaan media sosial yang memicu kemarahan generasi muda.

Meski larangan itu dicabut, protes terlanjur berkembang menjadi gerakan besar menuntut perubahan politik. Situasi semakin tak terkendali, dengan tentara Nepal siap dikerahkan untuk mengendalikan keadaan jika kekacauan berlanjut.

1. Gedung parlemen hingga rumah pemimpin jadi sasaran api

Aksi Protes di Nepal. (x.com/AJEnglish).

Ratusan pengunjuk rasa menyerbu parlemen, menghancurkan jendela, hingga mencoret-coret dinding dengan pesan antipemerintah. Mereka menari di sekitar kobaran api sambil mengibarkan bendera Nepal.

Tidak hanya itu, massa juga membakar rumah mantan PM, Sher Bahadur Deuba serta kediaman Sharma Oli. Bahkan markas besar Partai Kongres Nepal ikut dilalap api.

Seorang warga Kathmandu, Muna Shreshta, 20 tahun, mengatakan korupsi sudah lama menjadi masalah utama.

“Sudah saatnya bangsa kita berubah, termasuk pemimpin yang berkuasa. Kami ingin pajak digunakan untuk membangun negara, bukan untuk gaya hidup elit politik,” ujarnya kepada BBC.

2. Krisis politik tanpa kepemimpinan jelas

PM Nepal, Sharma Oli. (Wikimedia.org/Tulsirama)

Pengunduran diri Sharma Oli sebagai Perdana Menteri memang meredakan sebagian tuntutan, namun meninggalkan kekosongan kepemimpinan.

Presiden Ramchandra Paudel telah menerima pengunduran diri Oli dan memulai proses mencari pengganti, tetapi hingga kini belum ada sosok yang jelas untuk memimpin pemerintahan.

3. Gen Z Jadi motor aksi protes

Aksi ini banyak digerakkan oleh anak muda Nepal, terutama setelah kampanye “anak nepo” tentang gaya hidup mewah anak politisi viral di media sosial.

Ribuan demonstran, sebagian besar dari gen z, turun ke jalan dengan tuntutan anti-korupsi yang lebih luas. Mereka menilai langkah pemerintah melarang media sosial adalah serangan terhadap kebebasan berbicara.

Editorial Team