Media Palestina melaporkan, pesawat Israel menyerang enam rumah di Gaza utara pada Sabtu (21/10/2023) pagi, menewaskan sedikitnya 8 warga Gaza dan melukai 45 lainnya. PBB mengatakan lebih dari 140 ribu rumah, hampir sepertiga dari seluruh rumah di Gaza, telah rusak, dan hampir 13 ribu rumah hancur total akibat serangan Israel.
Patriarkat Ortodoks Yerusalem, denominasi utama Kristen Palestina, mengatakan bahwa pasukan Israel telah menyerang Gereja Saint Porphyrius di Kota Gaza, tempat ratusan umat Kristen dan Muslim mencari perlindungan.
Israel sebelumnya telah memerintahkan seluruh warga sipil di bagian utara Jalur Gaza, termasuk Kota Gaza, untuk mengungsi ke selatan. Namun banyak orang yang belum pergi lantaran tidak memiliki tempat yang aman untuk berlindung karena wilayah selatan juga diserang.
Saat ditanya apakah Israel sejauh ini mengikuti hukum perang, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada Jumat mengatakan bahwa Israel memiliki hak untuk mempertahankan diri dan memastikan Hamas yang didukung Iran tidak dapat melancarkan serangan lagi.
“Sangat penting bahwa operasi dilakukan sesuai dengan hukum internasional, hukum kemanusiaan, dan hukum perang. Akan ada banyak waktu untuk melakukan penilaian mengenai bagaimana operasi ini dilakukan, namun saya hanya bisa mengatakan bahwa dari pihak Amerika, hal ini tetap penting bagi kami," katanya.
Dilansir Associated Press, penyeberangan Rafah antara Mesir dan Gaza diperkirakan akan segera dibuka untuk memungkinkan masuknya bantuan kemanusiaan. Blokade yang dilakukan Israel telah memaksa warga Gaza untuk menjatah makanan dan meminum air kotor dari sumur.
Rumah sakit mengatakan mereka kehabisan obat-obatan dan bahan bakar untuk generator darurat di tengah pemadaman listrik di seluruh wilayah.
Sederet truk terlihat bergerak di sisi Gaza, kemungkinan sebagai persiapan untuk membawa bantuan yang sangat dibutuhkan. Kedutaan Besar AS di Yerusalem mengatakan pihaknya mendapat informasi bahwa Rafah akan dibuka pada Sabtu malam bagi orang asing untuk meninggalkan Gaza.