Ilustrasi tentara. (Pexels.com/Pixabay)
Niger pernah menjadi mitra regional utama bagi AS, tapi hubungan tersebut memburuk sejak militer melakukan kudeta pada Juli tahun lalu. AS kemudian menarik hampir separuh dari 1.100 tentaranya yang ditempatkan di Niger.
Militer AS di Niger beroperasi di dua pangkalan, termasuk pangkalan drone yang dikenal sebagai Pangkalan Udara 201, yang dibangun di dekat Agadez di Niger tengah dengan biaya lebih dari 100 juta dolar AS (Rp1,5 triliun). Sejak 2018, pangkalan tersebut telah digunakan untuk menargetkan militan ISIS dan Jama'at Nusrat al-Islam wal Muslimeen, afiliasi Al-Qaeda di wilayah Sahel.
Pejabat Pentagon yakin bahwa mempertahankan kehadiran di Niger sangat penting dalam upaya mengatasi terorisme di wilayah tersebut. Pada Oktober, Pentagon mengatakan pihaknya masih menilai bagaimana perubahan tersebut akan berdampak pada tentara AS.
Dalam surat yang dikirimkan ke Kongres pada Desember 2023, Presiden AS Joe Biden mencatat bahwa sekitar 648 personel militer AS masih berada di Niger.
Junta Niger juga telah melakukan hal yang sama dengan penguasa militer di negara tetangga Mali dan Burkina Faso, yaitu mengusir pasukan Prancis dan Eropa lainnya, dan meminta dukungan Rusia.