Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi suasana demonstrasi di Nigeria (pexels.com/topeasokere)

Intinya sih...

  • Pemerintah Nigeria dikecam publik terkait ancaman hukuman mati kepada 29 anak di bawah umur yang terlibat dalam demonstrasi anti-pemerintah.
  • Nigeria dilanda rentetan demonstrasi akibat kenaikan harga kebutuhan pokok, termasuk penangguhan subsidi yang mengakibatkan kenaikan harga pangan.
  • Pengacara swasta menegaskan bahwa Child Rights Act melarang anak-anak menjadi subjek jeratan kriminal di Nigeria, dan pemerintah seharusnya mengedukasi mereka.

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Nigeria, pada Sabtu (2/11/2024), dikecam publik terkait dengan ancaman hukuman mati kepada 29 anak di bawah umur. Mereka terancam hukuman mati hanya karena terlibat dalam demonstrasi anti-pemerintah imbas kenaikan biaya kebutuhan hidup. 

Dalam beberapa bulan terakhir, Nigeria terus dilanda rentetan demonstrasi imbas kenaikan harga kebutuhan pokok. Sejak Mei, harga bahan bakar di Nigeria terus melonjak imbas penangguhan subsidi yang mengakibatkan kenaikan harga pangan. 

1. Anak di bawah umur seharusnya tidak didakwa kasus hukum

Pengacara swasta di Abuja, Akintayo Balogun mengatakan bahwa organisasi Child Rights Act tidak memperbolehkan anak-anak menjadi subjek dari jeratan kriminal di Nigeria. 

"Memasukkan anak di bawah umur dalam peradilan di pengadilan tinggi adalah sebuah kesalahan. Sistem peradilan seharusnya menerapkan ab initio kecuali jika pemerintah mampu membuktikan bahwa anak-anak tersebut telah berusia di atas 19 tahun," tuturnya, dilansir Associated Press

Balogun menambahkan, pemerintah seharusnya memiliki andil untuk mengedukasi anak-anak, bukan menghukum anak tersebut. Ia menyebut anak tersebut sudah ditahan selama 90 hari tanpa diberi makanan yang layak. 

Sesuai dalam tuntutan dari Pengadilan Nigeria, anak-anak tersebut masih berusia remaja antara 14-17 tahun. 

2. Sebanyak 76 orang didakwa usai terlibat demonstrasi

Pada hari yang sama, sebanyak 76 demonstran, termasuk 29 anak di bawah umur tersebut resmi didakwa karena terlibat dalam protes pada Agustus lalu. Demonstrasi tersebut didorong oleh kesulitan ekonomi di tengah kenaikan biaya hidup di Nigeria. 

Melansir dari Reuters, anak-anak tersebut telah mendapat jaminan bersyarat dan akan menghadiri persidangan pada Januari 2025. Menanggapi penahanan dan persidangan kepada anak di bawah umur ini, polisi setempat tidak bersedia memberikan komentar. 

Pada Agustus, Nigeria tengah menghadapi krisis di tengah kenaikan biaya hidup di seluruh negeri. Kondisi ini diperparah dengan maraknya kriminalitas, terorisme, dan penculikan di sejumlah sekolah di bagian utara. 

3. Nigeria mengalami kelangkaan BBM

Sebulan lalu, Nigeria kembali menghadapi permasalahan kelangkaan bahan bakar minyak (BBM). Kelangkaan ini berimbas pada lonjakan harga BBM di seluruh negeri yang ditetapkan oleh perusahaan minyak milik negara, Nigerian National Petroleum Corporation (NNPC).

Melansir Africa News, harga pasaran BBM di pom bensin NNPC per September sudah mencapai 0,56 dolar AS (Rp8.875) per liter. Sedangkan, harga eceran di pom bensin swasta sudah mencapai 0,74 dolar AS (Rp11.700) per liter. 

Tak hanya untuk kebutuhan transportasi, mayoritas rumah tangga di Nigeria juga membutuhkan solar sebagai bahan bakar generator listrik karena tidak tersedianya pasokan listrik yang memadahi. 

Meski dikenal sebagai salah satu penghasil minyak terbesar di dunia, Nigeria masih tergantung pada impor produk olahan minyak. Ketergantungan impor ini disebabkan oleh keterbatasan fasilitas penyulingan minyak di Nigeria. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team