Tamara Davila, mantan aktivis Nikaragua yang sempat menjadi tahanan politik di bawah rezim Ortega, mengaku mendapatkan perlakuan buruk. Ia diketahui sebagai satu dari 222 tahanan politik yang dibebaskan ke Amerika Serikat (AS) sebulan lalu.
"Saya mengatakan bahwa saya akan menyerahkan diri, tapi polisi tetap mendobrak pintu pagar. Polisi memperlakukan saya dengan buruk dan saya tidak tahu akan dibawa ke mana pada saat itu," kata Davila ketika diwawancara OAS (Organization of American States), dilansir Reuters.
Davila mengaku bahwa anaknya yang masih berada di Nikaragua percaya bahwa ia sudah tewas. Ia mengaku mendapatkan tekanan, kekerasan fisik dan psikologis, serta keluarganya mendapat ancaman.
"Diktator telah mengekang keluarga kami. Saya dan ratusan warga Nikaragua harus hidup di tengah situasi mencekan. Kami dan ratusan lainnya telah kehilangan properti, pensiun, ijazah, dan dikeluarkan dari warga negara, seperti halnya kita tidak pernah ada," lanjutnya.