Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Bendera Ukraina. (unsplash.com/marta_mars)

Jakarta, IDN Times - Sekretaris Komisi Pertahanan di Parlemen Ukraina, Roman Kostenko, mengungkapkan bahwa negaranya sedang merencanakan pemasangan ranjau di perbatasan Rusia dan Belarus. 

“Mengingat perbatasan Ukraina dengan Rusia dan Belarus yang memiliki panjang 3 ribu km, dibutuhkan untuk membuat ladang ranjau dengan lebar belasan km. Ini berfungsi sebagai langkah pertahanan preventif, ” terangnya pada Rabu (16/7/2025).

Pada akhir Juni, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan bahwa negaranya akan mundur dari Konvensi Ottawa mengenai larangan penggunaan ranjau. 

1. Klaim sistem pertahanan tanpa ranjau tidak efektif

Kostenko mengatakan bahwa sistem pertahanan kurang efektif tanpa pemasangan ranjau. Musuh dianggap akan mudah masuk ke dalam teritori tanpa adanya halangan. 

“Musuh akan mudah melintas. Benteng itu tidak selalu ditanam di tempat yang tepat. Sehingga, pembentengan harus dijaga dan dikombinasikan dengan sistem ladang ranjau. Mungkin salah satu tidak bekerja, tapi yang lain bekerja,” ungkapnya, dilansir Euromaidan Press.. 

Ia menambahkan, penggunaan ranjau akan membuat Ukraina dapat mempertahankan wilayahnya dengan cepat dan signifikan. Ia memastikan langkah ini akan meningkatkan kapabilitas pertahanannya. 

Kostenko juga menyebut Ukraina akan memproduksi senjata ranjau secara massal. Ia mengklaim pembuatan ranjau tidaklah rumit dan dapat dilakukan secara cepat di tengah perang. 

2. Parlemen Ukraina setujui penarikan diri dari Konvensi Ottawa

Sehari sebelumnya, Parlemen Ukraina resmi menangguhkan sementara partisipasi Ukraina dalam perjanjian anti-ranjau. Kebijakan ini disetujui oleh 305 anggota parlemen dan hanya 40 orang yang tidak memilih.

Sebelumnya, Zelenskyy menyebut bahwa Rusia tidak pernah berpartisipasi dalam perjanjian anti-ranjau. Ia mengklaim Rusia sudah menggunakan ranjau secara luas di Ukraina. 

“Terima kasih atas langkah yang memperbolehkan penggunaan beberapa tipe senjata, terutama ranjau. Kami akan mencapai keseimbangan dalam persenjataan dan kemampuan untuk mempertahankan dari agresi Rusia,” tuturnya. 

3. Ukraina jadi salah satu negara paling terdampak kontaminasi ranjau

Organisasi Human & Inclusion (HI) menemukan bahwa Ukraina jadi salah satu negara yang terdampak kontaminasi ranjau terburuk. Mereka menyebut, 29 persen dari teritori Ukraina atau 174 ribu km sudah ditanami ranjau. 

“Ukraina saat ini menjadi salah satu negara paling terkontaminasi ranjau di dunia. Skala penanaman ranjau ini sangat mengerikan. Warga sipil, terutama anak-anak, sangat terdampak dari ranjau ini,” ujarnya, dikutip TVP World

Tak hanya ancaman fisik, ranjau juga menimbulkan trauma psikologis karena jutaan warga Ukraina hidup dalam ancaman selama ada ranjau yang belum dijinakkan. 

Sementara itu, HI masih terus mengedukasi warga sipil di Ukraina untuk menghindari ancaman ranjau. Organisasi itu juga sudah membentuk sesi pelajaran risiko di sekolah di zona rawan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorRama