Berdasarkan keterangan dari Massimo Osanna selaku direktur arkeologi Pompeii, lokasi dimana kedua korban tersebut berada adalah tempat yang dulunya merupakan vila elegan dengan pemandangan laut mediterania. Kerangka mereka ditemukan usai penggalian sedalam 2 meter yang terletak di lorong panjang yang pada era-nya disebut cryptoporticus. “Para korban mungkin mencari perlindungan di cryptoporticus, di ruang bawah tanah ini, di mana mereka pikir mereka lebih terlindungi,” kata Osanna melansir dari Associated Press.
Melihat dari tulang tengkorak dan gigi, terungkap bahwa kedua korban memiliki rentan usia berbeda yakni yang satu berkisar 18 sampai 25 tahun, sementara satunya lagi antara 30 hingga 40 tahun. Penemuan itu juga mengungkapkan kondisi pria yang lebih muda memiliki tulang belakang dengan cakram yang terkompresi, dimana itu berarti bahwa dia adalah seseorang yang terbiasa melakukan kerja kasar.
Sementara si pria yang lebih tua, memiliki struktur tulang yang kuat terutama di area dada. Berdasarkan kesan lipatan kain yang tertinggal di lapisan abu, pria yang lebih muda itu tampak mengenakan tunik pendek, sementara korban yang lebih tua memiliki mantel di bahu kirinya. Karena beberapa ciri-ciri tersebut, para arekolog pun berhipotesis terkait status berbeda di antara keduanya.
"Kedua korban ini mungkin mencari perlindungan ketika mereka tersapu arus piroklastik sekitar pukul 9 pagi." ungkap Osanna. "Ini adalah kematian karena sengatan panas, seperti yang juga ditunjukkan oleh kaki dan tangan mereka yang terkepal." lanjutnya, dikutip dari Reuters.