ilustrasi demokrasi (unsplash.com/Fred Moon)
Kekhawatiran Barack Obama tentang risiko ancaman lebih besar terhadap demokrasi AS saat ini, juga dilihat dan dikhawatirkan oleh para ilmuwan. William A. Galston dan Elaine Kamarck dari Brookings Institution, sebuah organisasi kebijakan publik nirlaba, mengungkap ancaman lebih besar terhadap demokrasi AS saat ini.
Dalam makalah panjang yang disampaikan oleh dua ilmuwan tersebut, secara garis besar dukungan publik AS terhadap sistem demokrasi masih melimpah. Tapi, polarisasi dan ancaman terhadap kekerasan politik meningkat.
Dukungan untuk kekerasan politik bahkan dinilai cukup signifikan. Februari tahun 2021, 39 persen dari pendukung Partai Republik, 31 persen dari Independen dan 17 persen dari Demokrat setuju bahwa "jika para pemimpin terpilih tidak akan melindungi Amerika, rakyat harus melakukannya sendiri, bahkan jika itu memerlukan tindakan kekerasan."
Senada dengan pernyataan Barack Obama, dalam analisa Galston dan Kamarck, mayoritas legislatif Partai Republik di negara bagian mengesahkan undang-undang yang mempersulit pemungutan suara dan melemahkan kemampuan petugas pemilu untuk melakukan pekerjaan mereka.
Di tingkat lokal, hingga 30 persen pejabat pemilu Demokrat dan Republik mengalami ancaman pembunuhan. Para pejabat pemilu itu khawatir akan keselamatan mereka.
Ini semua adalah buntut dari pemilu 2020 dengan propaganda Trump untuk melemahkan integritas proses dan hasil pemilu. Trump dan pendukungnya terus-menerus mendengungkan kepada publik AS bahwa mereka dicurangi, bahwa mereka adalah yang memenangkan pemilu. Meski semua klaim itu tidak terbukti, tapi banyak orang yang mempercayainya.