Pariwisata Tokyo akan terdampak dari larangan penonton asing dalam Olimpiade. Ilustrasi (Unsplash.com/Andre Benz)
Selama ini, penyelenggaraan Olimpiade bagi negara tuan rumah dipercaya dapat memberikan dampak ekonomi secara signifikan. Akan tetapi, fakta sebenarnya adalah jarang ada negara yang untung setelah mengeluarkan modal besar dalam menyelenggarakan acara Olimpiade.
Pendapatan tuan rumah biasanya tak sebanding dengan pengeluaran. Olimpiade Rio de Janeiro misalnya. Brasil mengeluarkan 16 miliar dolar AS atau setara Rp229,9 triliun sedangkan negara itu hanya mengeruk pendapatan satu miliar dolar AS atau setara Rp14,3 triliun.
Olimpiade Vancouver pada 2010 membuat Kanada menanggung hutang dan butuh bertahun-tahun untuk melunasinya. Olimpiade Athena yang fasilitas olahraganya dibangun dari utang telah menyeret Yunani ke jurang kebangkrutan.
Meski begitu, masih ada keyakinan bahwa dengan jadi penyelenggara Olimpiade, maka ada investasi jangka panjang yang menguntungkan. Beberapa di antaranya adalah perbaikan infrastruktur transportasi, perbaikan infrastruktur olahraga, penciptaan lapangan kerja dan atraksi turisme yang memancing dan mendongkrak pariwisata.
Dengan dilarangnya penonton asing ke Olimpiade Tokyo di Jepang, maka sektor pariwisata yang diperkirakan akan tumbuh, maka justru tumbang.
Melansir dari Kyodo News, Hitoshi Komiya, profesor politik modern Jepang di Universitas Aoyama Gakuin menjelaskan "meskipun itu (pelarangan) berarti menimbulkan kerusakan besar pada pariwisata masuk, pemerintah Suga memutuskan untuk tidak membiarkan penonton dari luar negeri untuk mencegah orang mengatakan bahwa infeksi virus corona meningkat karena kurangnya kebijakan pemerintah."
Secara politik dalam negeri Jepang, larangan tersebut menguntungkan pemerintahan Yoshihide Suga sebab publik Jepang sudah merasa ancaman virus corona dari luar akan membuat mereka semakin sengsara. Jajak pendapat juga menunjukkan lebih dari 70 persen orang Jepang "tidak ingin penggemar luar negeri ada di sini", sebut Al Jazeera.
Dampak nyata absennya penonton luar negeri di Olimpiade Tokyo adalah kemungkinan akan menurunkan pengeluaran konsumen secara keseluruhan, termasuk biaya akomodasi dan makan, sebesar 643 juta dolar AS atau setara Rp9,2 triliun, menurut Daiwa Institute of Research.
Meski masih ada pengunjung domestik, tapi pengunjung asing yang berwisata di Jepang tercatat mengeluarkan uang dua kali lipat lebih banyak. Jepang akan kehilangan kesempatan meraih perhatian langsung dan keuntungan dari pelarangan penonton luar negeri di Olimpiade Tokyo.