Oposisi Dibunuh, Warga Mozambik Gelar Demo Akbar

Jakarta, IDN Times - Ribuan warga Mozambik, pada Senin (21/10/2024), mengadakan demonstrasi besar di ibu kota Maputo menyusul kasus pembunuhan terhadap seorang petinggi partai oposisi, Paulo Guambe, dan pengacaranya Elvino Dias pada akhir pekan lalu.
Setelah berlangsungnya pilpres pada 9 Oktober, ketegangan di Mozambik tak kunjung mereda. Sementara, calon dari partai penguasa, Frente de Libertação de Moçambique (FRELIMO), Daniel Chapo diprediksi kembali memenangkan pilpres.
1. Mondlane klaim ada kecurangan dalam pilpres Mozambik
Demonstrasi anti-pemerintah di Mozambik kali ini disuarakan oleh calon presiden oposisi Venancio Mondlane. Ia mengklaim terdapat kecurangan dalam pilpres yang dimenangkan oleh partai penguasa.
"Polisi tidak akan mampu menghentikan aksi yang didasarkan pada keinginan sejumlah individu maupun masyarakat secara kolektif. Kami mendesak seluruh pegawai negeri, polisi, militer, dan pekerja di sektor swasta untuk ikut andil dalam mogok massal," terangnya, dikutip Africa News.
Demonstran yang turun ke jalan sudah menyuarakan slogan, "Selamatkan Mozambik" dan "Negara ini adalah negara kami". Aksi ini dilakukan setelah penetapan larangan demonstrasi dari aparat penegak hukum di Mozambik.
Mondlane menduga pembunuhan kepada Dias ini ada kaitannya dengan rencananya mengajukan gugatan soal kecurangan pilpres. Ia mengklaim aparat keamanan dan militer Mozambik terlibat dalam pembunuhan ini.
2. Polisi tembakkan gas air mata kepada demonstran dan oposisi
Pada Senin, polisi menembakkan gas air mata kepada demonstran yang berkumpul di pusat kota Maputo. Bahkan, polisi juga menembakkan gas air mata ke arah Mondlane yang ikut dalam aksi tersebut.
Melansir dari Associated Press, video yang beredar menunjukkan Mondlane beserta sejumlah pengawal, pendukungnya, dan jurnalis berlari untuk menghindari gas air mata yang jatuh di sekitar mereka. Menurut media lokal, salah seorang jurnalis terluka imbas tembakan ini.
Sementara itu, Mondlane mengaku bahwa polisi telah berupaya menghalanginya untuk ikut dalam demonstrasi.
"Pada malam hari, mobil polisi sudah berkumpul di depan gerbang masuk rumah saya. Saya sudah mencari cara untuk meninggalkan rumah tanpa diketahui oleh polisi. Saya berhasil melakukannya, tapi saya tidak akan memberitahu caranya," ungkapnya.
3. AS dan UE kecam pembunuhan oposisi Mozambik
Pada hari yang sama, Amerika Serikat (AS) mengecam pembunuhan Dias dan pengacaranya. Mereka mendukung investigasi untuk mengungkap kasus di balik pembunuhan ini.
Uni Eropa juga mengecam aksi pembunuhan kepada dua tokoh oposisi di Mozambik. Keduanya mendesak dibukanya investigasi untuk menyelidiki siapa pelaku di balik kasus ini.
Melansir dari Reuters, AS merupakan penyumbang bantuan kemanusiaan terbesar ke Mozambik dengan mengirim bantuan sebesar 560 juta dolar AS (Rp8,7 triliun) setiap tahunnya.