Jakarta, IDN Times - Sri Lanka sedang menghadapi gejolak politik yang mengancam pemerintahan Presiden Gotabaya Rajapaksa. Partai politik oposisi terbesar, United People's Force atau SJB, menolak usulan presiden untuk membentuk pemerintahan persatuan di kabinetnya.
Presiden Rajapaksa telah menghadapi protes publik yang menuntut dirinya dan keluarganya mundur dari pemerintahan. Sebanyak 26 menteri di kabinetnya juga telah mengundurkan diri, termasuk adik dan keponakannya yang berada dalam jabatan tersebut.
Dalam dua tahun terakhir, Sri Lanka mengalami krisis ekonomi parah ditambah dengan hantaman COVID-19 yang melumpuhkan industri utama Sri Lanka, yakni pariwisata.
Negeri di ujung selatan India itu kekurangan valuta asing untuk membayar impor seperti bahan bakar dan bahan pokok lain. Rakyat Sri Lanka melakukan protes, menuduh presiden dan keluarganya sebagai koruptor dan menuntutnya untuk meninggalkan jabatan.