Ilustrasi unjuk rasa di Oriel Colleg untuk meminta patung Cecil Rhodes diturunkan. (Unsplash.com/Alex Motoc)
The Guardian melansir, pembatalan keputusan Oriel itu telah menimbulkan kritikan keras terhadap perguruan tinggi di Oxford tersebut. Susan Brown, pimpinan dewan kota Oxford, mengaku kecewa dengan keputusan itu, dia juga mengkritik tindakan Oriel yang tidak menunjukkan pengakuan atas diskriminasi di masa lalu dengan tidak menurunkan patung.
Akademisi juga mengkritik pembatalan itu, Simukai Chigudu, seorang profesor politik Afrika di Oxford, menggambarkan keputusan itu mengerikan.
“Pernyataan dari Oriel College mengejutkan dan, terus terang, memalukan. Itu memperlihatkan ketidaktulusan dari pernyataan komitmen perguruan tinggi untuk berubah, yang dibuat musim panas lalu selama protes anti-rasisme. Namun, yang paling menakutkan adalah omongan dan kebingungan dalam pernyataan kampus. Pernyataan tersebut mengklaim bahwa proses pemindahan patung itu akan terlalu mahal dan tidak akan menghasilkan hasil yang pasti. Apa artinya? Sebagai alternatif untuk menurunkan patung tersebut, Oriel mengatakan mereka akan menambah bekal bagi siswa BAME. Tapi membingkai ini sebagai pilihan biner adalah salah dan menghina."
Seorang mahasiswa bernama Maya, berusia 20 tahun, yang tergabung dalam kelompok kampanye Common Ground Oxford, menganggap tindakan Oriel sebagai “pengkhianatan terhadap kerja kampanye yang telah dilakukan oleh aktivis komunitas dan mahasiswa”. “Tidak ada cara untuk membuat patung netral pada posisinya saat ini, melihat ke bawah pada orang yang lewat di jalan raya. Setiap hari, mahasiswa dan pekerja etnis kulit hitam dan minoritas harus berjalan di bawah kaki batu Rhodes."
Namun, juga ada yang mendukung keputusan itu salah satunya Menteri Pendidikan Gavin Williamson, menyambut baik langkah tersebut, dengan menyampaikan di Twitter. “Keputusan yang masuk akal dan seimbang untuk tidak menghapus patung Rhodes dari Oriel College, Oxford, karena kita harus belajar dari masa lalu kita, daripada menyensor sejarah, dan terus berfokus pada pengurangan ketidaksetaraan."