Polisi huru-hara menangkap seorang pengunjuk rasa saat reli anti-pemerintah di pusat Hong Kong pada 6 Oktober 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Jorge Silva
Tidak hanya remaja laki-laki yang bersedia turun ke jalan. Para perempuan pun tak ketinggalan. Jika sebelum bulan Juni mereka disebut sebagai "Kong Girl" atau gadis-gadis muda yang materialistis, tidak peduli pada politik, dan hanya mengurus soal liburan ke luar negeri, kini mereka disebut mendefinisikan ulang julukan itu.
"Kita bisa melihat sisi lain gadis-gadis Hong Kong. Beberapa mungkin menunjukkan 'perilaku Kong Girl' kepada pacar atau keluarga sebelum protes, tapi di garis depan, mereka berani, semangat dan lihai. Beberapa bahkan melakukan hal lebih banyak daripada laki-laki," kata seorang demonstran perempuan berumur 23 tahun kepada Quartz.
Menurut laporan Hong Kong Free Press, keberanian mereka di jalan harus dibayar dengan ancaman pemerkosaan, kekerasan serta doxing (pengungkapan identitas pribadi) di media sosial.
Meski begitu, Jane Chan, dosen di Hong Kong Polytechnic University yang mempelajari gadis-gadis itu, berkata Quartz bahwa protes kali ini mendorong mereka tetap turun ke jalan.
"Mereka memakai riasan wajah di balik masker. Mereka muda dan ingin tampil cantik. Tapi mereka tetap ingin melakukan sesuatu untuk Hong Kong."