Jakarta, IDN Times - Setelah mendapatkan tekanan yang luas dari dunia internasional, otoritas di Wuhan, Tiongkok akhirnya merevisi angka kematian pasien akibat COVID-19. Setelah direvisi, ternyata terjadi kenaikan angka kematian sebesar 50 persen. Harian The New York Times edisi Jumat (17/4), melaporkan semula otoritas di Wuhan menulis angka kematian akibat virus corona 2.579. Tetapi, setelah direvisi menjadi 3.869.
Revisi juga dilakukan terhadap data pasien yang positif tertular virus corona menjadi 50.333. Terjadi penambahan sebanyak 325 kasus positif.
Sejak awal banyak yang meragukan data yang dilaporkan oleh Pemerintah Tiongkok. Banyak yang menduga Negeri Tirai Bambu tidak transparan dalam melaporkan jumlah pasien yang terpapar COVID-19 dan meninggal. Bahkan, kini Tiongkok juga menghadapi tudingan dari dunia internasional sebagai biang keladi wabah penyakit yang telah menewaskan lebih dari 140 ribu di seluruh dunia.
Tudingan itu sempat dilontarkan oleh Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab ketika berbincang dengan kantor berita Reuters. Lalu, benarkah tudingan yang menyebut virus corona sesungguhnya tidak bermula dari pasar hewan di Kota Wuhan, melainkan dari sebuah laboratorium di Beijing?