Ilustrasi Kanada. (Pexels.com/Social Soup Social Media)
Kanada adalah negara kedua di dunia yang berani dengan tegas menuduh bahwa apa yang dilakukan Tongkok adalah genosida terhadap etnis Uighur, Muslim dan minoritas lain di Xinjiang. Sebelum Kanada, sudah ada Amerika Serikat yang menuduh Tiongkok. Tuduhan bahkan telah dilancarkan sejak era pemerintahan Donald Trump.
Dalam pemungutan suara pada Senin di parlemen Kanada, langkah tersebut adalah sebuah langkah yang dianggap kontroversial. Langkah itu juga akan membuat hubungan antara Tiongkok dan Kanada semakin tegang.
Di sisi lain, PM Trudeau berikhtiar untuk menjaga hubungan baik dengan Beijing. Partai Liberal miliknya yang kalah jumlah di parlemen sebenarnya telah menolak mosi tersebut. Menurut kabinet Trudeau dan Partai Liberal, perlu studi lebih lanjut dalam masalah Xinjiang untuk membuat keputusan.
Melansir dari laman The Guardian, dubes Tongkok untuk Kanada mengkritik pemungutan suara parlemen Kanada. "Kami dengan tegas menentang itu karena bertentangan dengan fakta. Dan itu (pemungutan suara), Anda tahu, mencampuri urusan internal negara kami," kata Cong Peiwu, sang dubes.
Menteri Luar Negeri dari Liberal, Marc Garneau, adalah wakil pemerintah dalam rapat pemungutan suara di parlemen. Namun ia memilih abstain dan suaranya tersebut mewakili kabinet pemerintahan pimpinan PM Trudeau.
"Kami sangat terganggu oleh laporan mengerikan pelanggaran HAM di Xinjiang, termasuk penahanan sewenang-wenang, pendidikan ulang indoktrinasi politik, kerja paksa, penyiksaan dan sterilisasi paksa," kata Garneau. Meski begitu, ia tetap bersikukuh bahwa harus ada penyelidikan internasional yang kredibel untuk membuktikan tuduhan tersebut.