VOA News melansir, resolusi tersebut merupakan hasil dari kesepakatan yang dinegosiasikan oleh pemerintah Perdana Menteri Imran Khan dalam pembicaraan semalam dengan para pemimpin partai Islam Tehreek-e-Labaik Pakistan (TLP), dalam rangka untuk meredakan hari-hari demonstrasi nasional anti-Prancis.
Setelah pertemuan TLP setuju untuk menghentikan protesnya di seluruh negeri. Hasil pertemuan itu juga membuat pemerintah mencabut keputusan pekan lalu yang melarang TLP dan akan membebaskan para pemimpin serta aktivis kelompok yang ditahan selama protes.
Protes itu telah menimbulkan kekerasan, massa dan polisi saling bentrok, yang menyebabkan empat polisi dan enam pengunjuk rasa tewas. Para pejabat mengatakan lebih dari 800 orang, kebanyakan penegak hukum, termasuk di antara mereka yang terluka dalam bentrokan itu.
Resolusi ini menyerukan pengusiran duta besar Prancis. Isi resolusi menyampaikan bahwa hanya pemerintah saja yang berwenang untuk menangani masalah kebijakan luar negeri dan "tidak ada individu, kelompok atau partai yang diizinkan untuk memberikan tekanan ilegal yang tidak semestinya mengenai masalah tersebut."
Michael Kugelman, wakil direktur program Asia di Washington Wilson Center, menyampaikan pendapatnya ke VOA mengenai resolusi tersebut. “Optik dari mengajukan resolusi yang menyerukan pengusiran duta besar Prancis tidak baik untuk Islamabad, karena pada dasarnya tunduk pada permintaan inti TLP. Meskipun demikian, Parlemen memiliki kesempatan untuk menolak resolusi tersebut, dan itu akan menjadi kemenangan besar tidak hanya bagi pemerintah, tetapi juga bagi negara yang telah berulang kali memperlakukan kelompok garis keras agama dengan sarung tangan anak."
Resolusi tersebut akan dibahas lebih lanjut di parlemen dan debat pada sesi sidang yang berlangsung Jumat pekan ini.