ilustrasi pengungsi korban konflik Ethiopia-Tigray (Twitter.com/UNHCR Ethiopia)
Ada banyak kabar kekejaman yang terjadi dari arena peperangan di Tigray. Perang itu telah meluas tidak hanya di Tigray saja, tetapi juga ke Amhara di barat dan ke Afar di timur. Banyak kabar tentang pemerkosaan massal dan pembunuhan warga sipil.
Tuduhan tentang kejahatan perang yang menyebabkan bencana kemanusiaan tidak hanya ditujukan pada pihak pasukan pemerintah Ethiopia dan sekutunya, tapi juga termasuk aksi kekerasan yang dilakukan TPLF.
Pada pertengahan Februari tahun ini, Amnesty International menurunkan laporan tentang kejahatan perang yang dilakukan TPLF. Dalam laporan itu disebutkan beberapa kejahatan perang seperti dengan sengaja membunuh warga sipil.
Dilansir dari laman resmi Amnesty International, pasukan TPLF juga dituduh memerkosa lusinan perempuan dan anak perempuan, beberapa di antaranya berusia 14 tahun. Penjarahan properti pribadi dan publik di wilayah Amhara dan Ethiopia utara juga terjadi.
Sarah Jackson, Wakil Direktur Regional Amnesty Internarional untuk Afrika Timur, mengatakan "pasukan Tigrayan telah menunjukkan pengabaian total terhadap aturan dasar hukum humaniter internasional yang harus diikuti oleh semua pihak yang bertikai."
"Semakin banyak bukti tentang pola pasukan Tigrayan yang melakukan kejahatan perang dan kemungkinan kejahatan terhadap kemanusiaan di daerah-daerah di bawah kendali mereka di wilayah Amhara mulai Juli 2021 dan seterusnya. Ini termasuk insiden pemerkosaan yang meluas, pembunuhan dan penjarahan, termasuk dari rumah sakit," jelas aktivis HAM tersebut.
Amnesty berhasil mewawancarai 14 penyintas dari 30 korban. Mereka mengaku telah diperkosa secara massal oleh pejuang TPLF. Beberapa bahkan diperkosa di depan anak-anak mereka. Tujuh dari penyintas adalah anak-anak di bawah usia 18 tahun.
Para pejuang TPLF, menurut Amnesty, melancarkan aksinya disertai kebrutalan, cercaan yang bernada menghina etnis, ancaman pembunuhan dan akhirnya penjarahan properti pribadi.