Potret pasukan marinir AS yang berada di Camp Kinser, Okinawa, Jepang. (x.com/OkinawaMarines)
Dilansir ABC News, Okinawa telah menjadi tuan rumah untuk lebih dari 50 ribu tentara AS yang bermarkas di Jepang selama lebih dari setengah abad setelah pengembaliannya dari kendali AS pada 1972, menyusul kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II. Sementara, 70 persen fasilitas militer AS berada di Okinawa, meskipun prefektur tersebut hanya mencakup 0,6 persen dari total luas daratan Jepang.
Banyak warga Okinawa telah lama mengeluh mengenai kehadiran militer AS yang besar di pulau itu. Sebab, warga harus menghadapi kebisingan, polusi, kecelakaan pesawat, dan kejahatan yang terkait dengan pasukan AS.
Adanya relokasi ini kemungkinan disambut baik oleh penduduk setempat, kendati seberapa besar perbaikan yang akan mereka rasakan masih belum pasti karena pembangunan militer Jepang yang cepat di kepulauan tersebut. Dimulainya relokasi marinir terjadi di tengah meningkatnya sentimen anti-militer AS, menyusul serangkaian kasus kekerasan seksual yang melibatkan anggota militer Amerika.
Pemerintah Jepang saat ini tengah memajukan postur pertahanan negaranya di tengah meningkatnya ketegasan militer China di kawasan tersebut. Di sisi lain, bagi AS, Okinawa memiliki kepentingan strategis, di mana letaknya yang dekat dengan China dan Semenanjung Korea.